Monday, 11 July 2016

Book's Review: Pride and Prejudice



Review Pride and Prejudice

Novel bertemakan romance ini sesungguhnya adalah  Novel klasik pertama yang berhasil ku baca.
Pride and Prejudice merupakan Novel karya Penulis ternama Inggris, Jane Austen. Jane Austen dikenal karena gaya penulisannya banyak menginspirasi penulis-penulis masa kini, juga karena kejujuran dan  kekhasannya. Karya nya cenderung ke genre roman, yang ikut diwarnai fakta tentang keadaan sosial pada masanya. Beberapa novel karya Jane Austen yang terkenal adalah Emma dan Sense and Sensibility.

Sampai sekrang, karya-karyanya masih menjadi hits dan selalu mendapat apresiasi karena kualitas penulisannya. Intinya Novel klasik yang satu ini wajib dibaca oleh pecinta Sastra Klasik.

Pride and Prejudice sendiri menceritakan kehidupan pemudi-pemudi pada  abad  ke 17, dengan segala budaya dan aturan masa itu, harus mendapatkan pasangan hidup atau suami dari kalangan bangsawan atau memiliki harta yang cukup untuk mengangkat martabat keluarga.
Mrs Bennet diceritakan memiliki lima orang putri. Dan ketika suatu hari seorang pemuda kaya raya datang  ke Netherfield, Mr Bingley namanya, maka Mrs Bennet pun meyakinkan anggota keluarganya bahwa salah satu  putrinya akan menikah dengan pemuda-pemuda kaya itu. Sedangkan Ayah dari keluarga itu, Mr Bennet memiliki sikap tidak terlalu peduli dengan rencana pernikahan  putri-putri nya, dia lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaannya dan menghindari berdebat dengan istrinya yang memiliki impian indah memiliki harta melimpah yang bisa membahagiakannya di masa tua. Maka dari itu, menikahkan putrid-putrinya kepada pemuda kaya raya adalah satu-satu cara yang harus ditempuh Mrs Bennet agar itu bisa terwujud, menurutnya.
Namun ternyata tidak semua anak-anak gadis sependapat dengan sang Ibu. Salah  satunya Elizabeth atau Lizzy. Dia adalah gadis berusia belum genap dua-puluh-satu tahun yang memiliki kepribadian kuat diantara yang lainnya. Meski pada jamannya seorang gadis akan terlihat terhormat jika menikahinya pria pilihan orang tuanya atau kemauan pria itu sendiri, tapi Elizabeth menjungjung tinggi harga dirinya sebagai makhluk yang tidak bisa diberdaya hanya oleh kekayaan semata. Dia benar-benar gadis yang berbeda.
Tak heran jika Sang pengarang sendiri, Jane Austen, memilih Elizabeth Bennet sebagai tokoh favorit dari seluruh tokoh cerita yang pernah di buatnya. Perangainya yang tegas, feminis, dan pada saat bersamaan ceria, membuat Elizabeth Bennet menjadi salah satu tokoh wanita yang paling dikagumi dalam literature Inggris.
Adalah seorang Mr Darcy yang merupakan teman karib Mr Bingley yang datang ke Netherfield untuk mencari penghidupoan baru selain menikmati kekayaan mereka. Mereka juga mencari pasangan hidup.
Mr Bingley kemudian jatuh cinta kepada Jane, putri sulung Mrs. Bennet yang paling cantik. Buih-buih cinta mereka sudah mulai tumbuh ketika malam pertama mereka bertemu  pada acara dansa di Netherfield. Sedangkan bagi Elizabeth maupun Ibunya, Mr Darcy merupakan makhluk yang tidak pantas untuk diajak bicara, bahkan kebencian mereka terhadap Mr Darcy yang diceritakan  memiliki perangai angkuh, acuh tak acuh berlanjut sampai titik klimaks cerita dalam Novel ini.
Dalam novel ini, setiap tokoh memiliki karakter khasnya masing-masing yang sulit disamakan satu dengan yang lain. Jane adalah gadis yang lugu dan baik hati, bahkan terkadang terlalu baik hati bagiku, kemudian Catherine adalah gadis yang sepertinya terobsesi dengan prajurit dan sangat membutuhkan diperhatikan. Berbeda dengan Mary yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan buku-bukunya, dan bahkaan  menurutku  dia memiliki pengetahuan yang lebih dari kakak-kakaknya. Sedangkan anak paling bungsu , Lydia, memiliki perangai yang hampir mirip ibunya. Dia juga sangat terobsesi dengan prajurit dan senang keluar dan berjalan ke Meryton bersama Catherine, hanya untuk memandang para praurit dan bahkan berharap ada hubungan dengan  mereka. Dia merupakan putrid paling liar menurutku, dengan segala kenakalan  masa remaja dan sikapnya yang terlalu riang dan banyak bicara membuat ku tidak heran ketika Lydia yang barus berusia 16 tahun menikah lebih dulu dari pada kakak-kakaknya, dan dia menikah dengan seorang prajurit yang nama nya sudah cukup tercoreng sebagai penipu, Mr. Wickman.
Agak mengejutkan memang dan melelahkan  mengikuti kisah ini karena sangat panjang dengan pesta – pesta dansanya, kunjungan dan segala bentuk pembicaraan yang menurut ku sangat sopan pada jaman itu. Ketika akhirnya Elizabeth berubah pikiran tentang Mr Darcy, pria yang awalnya dibencinya, dan dia berharap takkan pernah  menikah dengannnya. Namun ternyata, seiring waktu, dan kebenenaran-kebenaran yang terungkap tentang Mr Darcy, membuat Elizabeth malu sendiri dan harus menerima kenyataan bahwa dia jatuh hati pada Mr Darcy yang memang memiliki hari yang baik dan tidak seperti yang mereka pikirkan sebelumnya (meskipun memang usaha Mr Darcy untuk mendapatkan Lizzy tidak selalu berhasil).
Mungkin menurut ku, kisah dalam novel ini, sesuai judulnya adalah penilaian seseorang yang sering salah hanya karena prasangka dan tanpa ada bukti -bukti kuat, kadang penampilan diluar memang menipu. Itulah yang terjadi pada para tokoh di dalam  kisah ini.

“Faktanya adalah, kau sudah lelah menerima kesopanan, kehormatan, dan perhatian yang berlebihan. Kau sudah muak dengan  para wanita yang berbicara, memandang,, dan berusaha keras utuk mencari persetujuan darimu. Lalu aku datang, dan kau langsung tertarik karena aku sangat berbeda dari mereka.” – Elizabeth Bennet

Kehormatan, kesombongan, kesopanan dan kekayaan serta martabat juga  menjadi masalah penting dalam Novel ini. Di mana sulit rasanya bagi seorang pemuda yang mewarisi kekayaan keluarganya harus mencari pasangan hidup dari kalangan yang lebih rendah.
Namun nyatanya, Jane Austen berhasil ‘memberontak’ dalam  kisahnya ini, dan menciptakan kisah baru yang penuh makna.

So, 4,5 star for this Novel!
Recommended  to: Everyone!

No comments:

Post a Comment