Tuesday, 4 October 2016

Coming Out: Born This Way





Hai guys,
Hari ini 04 Oktober 2016, aku akan sedikit share tentang hal pribadi, about the part of myself. Tapi, aku berharap you will take it as casual as possible, karena ini hanya act of acceptance of who I am dan I'm wanna share with you guys..
 
Pertama-tama, aku harus bilang  bahwa sebelum sampai pada point ini, aku sudah cukup  struggling, trying to figure it out.




Dan akhirnya, atau dengan cukup yakin aku akan mengatakan bahwa Aku Gay (tertarik pada sesama jenis).

So let’s talk a little bit about this.

Pernahkah kalian berada dan terperangkap dalam khayalan di kamar dengan seorang gadis/cowok yang kalian pikirkan sepanjang hari? perasaan seperti; 

aku ingin bertemu dengannya besok, 
aku ingin berbicara dengannya, 
apa yang dia pikirkan? 
Dia terlihat mempesona 
etc. and I bet you did.

Tapi apa jadinya jika ternyata feeling itu – yang kalian rasakan, ternyata menurut orang-orang di sekitar mu, salah? Seperti sesuatu yang dilarang?.

Lalu, apa yang kau rasakan (bila dibayangkan)?


Well, konsep yang ku tau dari kecil yaitu ‘man should be attracting to woman’, and vice versa. Tapi yang terjadi padaku justru sebaliknya! Sejak dulu aku selalu memperhatikan Pria/cowok lebih lama daripada memperhatikan cewek. Rasanya ada hal membangkitkan hasrat dari mereka. Bagaimana rasanya mencium mereka? Apa rasanya di  dekap mereka? how it feels to hold their hands? sungguh lucu!


Aku pernah merasakan hal semacam; “apa yang salah dengan ku?” “ini tidak nyata” “aku benci perasaan ini” “ini sangat burukdan sebagainya. Perlahan tapi pasti, rasa itu atau bisa dibilang ‘perasaan aneh’ itu semakin bertumbuh subur. Aku tidak  bisa mengendalikannya, aku tidak tau bagaimana sampai  bisa ada dalam benakku, ketika melihat teman lelaki (yang cukup menarik) aku akan mulai mencuri pandang tidak jelas, mencari tau siapa dan betapa atraktifnya mereka. Aku hanya tidak mengerti pada saat itu, bagaimana mungkin aku tertarik? 


Kembali mengingat ‘kondisi dan perasaan aneh’ kala itu membuat ku geli. Aku sudah merasa berbeda sejak SD atau lebih tepatnya sejak aku bisa mengingat sesuatu atau dari kecil. Aku tidak  terlalu tertarik melihat gadis-gadis, namun sebaliknya, aku tertarik melihat The BOYS. Padahal Aku tidak sering bergaul dengan teman cowok, lebih banyak berteman dengan perempuan. Bingung sendiri, dan mulai memaki diri sendiri. Apa yang salah? Mengapa semua orang terlihat ‘normal’ sedangkan aku melihat dunia ini ‘berbeda’? Aku ketakutan, dan menutup diri. 

So you think that I'm kinda sissy? Not really. Aku sama seperti cowok-cowok di luar sana lainnya, secara penampilan. Meski aku tau pembawaan ku lebih feminim dari pada yang bisa ku lihat pada kebanyakan laki-laki. Mungkin banyak teman dan keluargabku tidak mengira aku Gay, karena aku terlihat biasa saja, aku tidak memakai lipstik atau bedak secara diam-diam, aku suka  olahraga. Well, pada faktanya apakah seseorang tertarik dengan sesama jenis itu tidak bisa di pastikan secara konkrit lewat 'tampilan', bukan kah begitu?
   

Pada saat itu aku sudah mulai mencari tau apa sebenarnya yang terjadi dalam diriku ini. Dunia berkembang pesat, ditambah aku tipe orang yang penasaran tinggi, maka  kata-kata sepeti homosexual, lesbian, Bisexual transgender, gay dll. sudah ku kenal. Bahkan ada beberapa rumor disekitar ku (waktu SMP) yang menyebutkan kata-kata itu. 

Aku juga paham tentang situasi ku yang tersudut, ya, aku tinggal di dunia yang cukup konservatif dan masih banyak homophobic dimana-mana.

Sadar bahwa aku berada di sisi yang ‘beresiko’, aku tetap tidak mau membuka suara. Aku menjadi seorang yang cenderung menghindar dari pembicaraan seputar hal tersebut (tapi aku rasa semua orang juga), aku tidak tau mau bicara apa dan takut mengatakan hal yang membuat orang mengetahui tentang ku. Tak banyak teman yang ku kenal sering membicarakan hal tersebut, kalaupun ada, pasti sebuah lelucon akan terlontar dan membuat ku merasa lebih bersalah.

Selama bertahun-tahun berikutnya, aku tidak bisa menafsirkan dengan pasti seksualitas ku, mungkin juga merasa takut. Hanya angan-angan bahwa suatu saat aku bisa menerima ini semualah yang membuat ku tenang.

Semakin lama juga, this holy puberty shit has been controlling me. Dan internet membuat segalanya semakin mudah. Aku benar-benar terbuka akses dengan segala macam hal tentang LGBTQ, Gay khususnya, dan mengerti bahwa aku tidak sendirian di dunia ini, there’s a lot of people out there also struggling with this (setidaknya ini membuat ku senang).

Selama tahun-tahun setelah aku tau tentang Gay juga, aku bersikap lebih ‘teratur’ dan tidak cukup berani mencari perhatian, seperti misalnya berteriak “ya ampun, cowok itu manis!” di kerumunan orang, atau mencari perhatian pada mereka (ah mimpi buruk akan terjadi). Aku hanya bisa memendam sendirian segala macam gejolak dan kekacauan ini. Tidak ada seorang pun yang bisa ku bagikan.

Tetapi Facebook, Twitter dkk. Menyerang kehidupan anak muda, aku juga jadi pengikut mereka. Di social-media, hal-hal seakan lebih ‘terbuka’ dari pada dunia nyata, aku bahkan sempat menjalin pertemanan dengan beberapa orang – yang aku yakin salah satu  dari LGBT, berinteraksi lewat social media, dan mereka seperti menjadi ‘jendela’ ku untuk melihat dunia tersebut lebih jauh lagi. Bisa dikatakan aku Denial.

Ketika SMK, aku masih belum juga bisa mengakui seksualitas ku (meski sudah tau beberapa blog Tumblr favorit  lol), bahkan lebih bingung.  Semakin dewasa, aku sadar bahwa teman-teman dilingkungan sekolah ku sangat konservatif dan tertutup soal  LGBT. Akhir SMK, rasa penasaran ku semakin tinggi saja. Aku mulai mencari orang-orang tertentu (yang seperti ku), yang bisa ku ceritakan semuanya. Karena pada masa itu, aku tidak punya teman yang sangat akrab atau setidaknya nyaman untuk berbicara tentang hal ini. Dan ternyata aku ‘didatangi’ oleh seseorang – yang ku bilang dari luar angkasa.
Kami bertukar informasi, menjalin keakraban dan sepertinya dari awal memang dia  sudah tau kalau aku Gay (ayolah, cowok bagaimana sih yang mention chef pria terkenal menanyakan apa kabar?), dan kami menjadi sangat akrab,  chatting tiap hari, sampai suatu  hari he asked me out,  dan bisa dibilang kami berpacaran - yap, pacar pertama ku ternyata a guy! Sesuatu yang tidak pernah ku berani coba sebelumnya, sesuatu yang aku pernah takutkan (sangat).

Tapi karena jarak (LDR) hubungan kami tidak bertahan cukup lama (namun membekas) dan semuanya semakin membuat ku sadar, percaya, dan yakini bahwa aku memang hanya tertarik pada lelaki/Guys. 


Aku juga sempat menduga diriku adalah Bisexual; karena sempat menyukai teman perempuan ku (I even asked her out), dimana hal tersebut lebih membuat ku bingung. 
Apa  sebenarnya yang mendasari ku ‘menembak’ seorang perempuan? Sejujurnya, aku melihat wanita dari fisik mereka, dan aku bisa mengetahui bahwa mereka cantik, manis, seksi etc. tetapi hal semacam itu sungguh tidak membuat ku tertarik mendalam dengan wanita. Malah aku bisa merasakan ketertarikan secara emosional pada wanita-wanita yang menurut ku cerdas atau pandai. Seorang super model dengan bikini bisa berdiri di hadapanku melenggak – lenggok, showing off her body, dan aku pasti hanya merasakan seperti tidak ada apa-apanya. Lain halnya dengan ketertarikan pada pria, dimana aku tertarik emotionally and physically. Who  cares? 
Mungkin waktu itu aku tertekan, aku tidak tau mau dibawa ke arah mana keinginan 'disayang' tersebut, dan pilihan hanyalah pada wanita. Maka jadilah Bima yang selalu memakai topeng kemana-mana dan mencoba terlihat 'Normal'. 

Lebih lanjut aku juga beranggapan bahwa, tanpa melihat gender atau seksualitas seseorang, kita bisa tetap melihat keindahan dari seseorang. Jadi, ketika menyatakan bahwa seseorang cantik atau ganteng, ya itu memang mereka cantik dan ganteng, bukan karena seseorang harus jadi  Gay  atau Lesbian atau  Bisexual.

“regardless of you gender, you can see when another person, regardless of their gender, looks good.” - Unknown
I Painted this


Anyway, Aku, pada faktanya pernah merasakan bagaimana berusaha menjadi ‘Straight” atau ‘Normal’, tapi tidak bertahan lama (mungkin paling lama 1 jam). 
Siapa yang tahan sih berpura-pura menjadi seseorang yang bukan bagian dari dirinya? Sama saja dengan mengkhianati diri  sendiri. 

Ada beberapa orang yang pernah ku dengar ceritanya, bahwa mereka percaya akan kekeliuran dalam diri seorang Gay, Lesbian atau non-Straight. Mereka yakin bahwa seksualitas seseorang bisa dirubah, tapi pada faktanya, itu tidaklah benar. Sama seperti ketika kau  menyadari bahwa kamu tertarik pada lawan jenis mu, kamu tidak bisa merubah perasaan alami itu, begitu pun seorang Gay/Lesbian, it’s just natural. ada juga yang bilang mungkin karena sakit hati masa lalu, sehingga orang bisa 'belok'. for my case, no, it's not.

Take a look at this article to see more about ‘Gay Genes’


Coming Out moments


Kuliah membuat ku lebih open – minded, aku juga bergaul dengan orang-orang yang bisa dibilang lebih maju pikirannya, dan dunia kampus yang sarat akan keberagaman semakin membuat ku takjub betapa indahnya semua itu. 

LGBT semakin ku kenal, dan meski masih banyak yang konservatif, tetapi lingkungan pertemanan ku membuat ku lebih bisa mengekspresikan diri dan menyuarakan isi hatiku. Selama 3 semester pertama ini aku tidak berpacaran – dimana sangat bagus untuk studi dan pribadi ku, tetapi aku lebih mencintai diri ku sendiri, lebih mengenal siapa diri ku and accepting who I am. Bulan ini juga, - seperti yang sudah ku janjikan pada diri  sendiri, bahwa aku harus coming out setidaknya pada orang-orang terpercaya,dan aku berhasil merealisasikannya (dengan banyak awkward moment). Sungguh bahagia ketika pertamakali menceritakan orientasi seksual ku pada sahabat dekat ku di kampus.

ComingOut atau coming out of the closet di kenal sebagai tindakan pengakuan diri atau penerimaan diri secara sadar dan sukarela dalam hal orientasi seksual seseorang. Coming Out selalu jadi momok menakutkan bagi sebagian member dari LGBTQ community di luar sana, karena mengingat situasi sosial yang cenderung not accepted. Tetapi belakangan semakin populer karena dunia mulai jadi bersahabat dan mengerti tentang LGBTQ.
Coming Out dilakukan setelah melalui pemikiran panjang dan yakin sepenuhnya dengan orientasi seksual sendiri, dan juga mengerti atas segala macam resiko  yang (mungkin) akan dihadapi.
Coming Out sudah semakin populer dilakukan oleh orang-orang diseluruh dunia, bahkan di United States ada hari National Coming Out Day, yaitu tanggal 11 Oktober.


 








on my personal experience.. Orang pertama yang ku ceritakan adalah sahabat baikku di kampus, cewek, sebut saja Pia. Aku bicara saat di rumah makan bersamanya. Aku mengatakan semuanya meski harus menulis di kertas karena tidak bisa  mengeluarkan kata-kata (iya, tiba-tiba aku lupa caranya bicara), dan responnya sungguh diluar dugaan:

“Just this? I mean like, Bim, cuma ini? Ya ampun, ini biasa, biasa banget lagi”

Aku hanya tersenyum  sekaligus pucat karena yang ada di otakku adalah scenario terburuk, tetapi dia ternyata bisa menerima ku dan semuanya baik-baik saja. 
Dia juga mengatakan;

“tapi Bim, ini jadi point plus buat mu, karena sudah dengan berani mengatakan semuanya, it’s such an honor to hear your story”

Aku bertanya “so, kamu pernah mengira kah kalau aku Gay?”

“ndak pernah Bim, I think you are one of those guys, who dates girls. Tapi ini sudah biasa,  nothing special”.

tertawa terbahak-bahak pun apa yang terjadi selanjutnya. Ini luar biasa!

Orang selanjutnya yang kuceritakan adalah sahabat karib ku ketika SMK, Bagas lewat chat (karena dia tinggal dan sekolah di kota lain), aku  hanya langsung mengatakan semuanya padanya dan balasan nya cukup menggelikan;

“Bim, hape lu dibajak ya?”
“Gokil!!”
“kagak bisa ngomong!”
“WTF! Wkwkwk”

Dia tetap jadi sahabat ku sampai sekarang. Orangnya memang begitu, tapi  dia bisa menerima ku.

Dan orang terakhir yang ku ceritakan juga seorang cewek, kami cukup dekat kalau di kampus, Aku mengatakannya saat selesai kuliah. Meski responnya tidak sampai berteriak, tapi lebih kepada memberikan ku beberapa jalan keluar (entah dari apa) dan dia memang seperti mencoba merubah pikiran ku. Aku juga bahkan di doakannya sebelum berpisah (tapi aku yakin ini karena aku juga mengaku bahwa aku seorang Agnostic).

Everything just go back to normal again,  dan sungguh bahagia nya aku.

Meskipun begitu, aku belum siap coming-out ke pada orang tua ku, karena mereka entahlah. Untuk sepupu-sepupu ku, aku rasa dalam waktu dekat aku akan coming-out, atau mereka sudah tau? atau tidak perlu tau juga.

Apa tujuan ku Coming Out?

 

Aku pernah membaca kisah seorang Ayah yang coming out ketika berusia 50-an atau seorang kakek yang berusia 82 tahun. Keberanian mereka sungguh patut di contoh, dan kepercayaan diri mereka lah yang membuat ku semakin yakin untuk datang ke laptopku, dan mengetik ini semua. Aku tidak ingin lagi hidup dalam KEBOHONGAN, aku tidak ingin lagi hidup memakai topeng, atau berpura-pura agar bisa fit in. No, I don’t want to live such life. Aku lelah bersembunyi, I'm sick censoring myself.

Aku bangga dengan diri ku sendiri, aku tau bahwa aku memang berbeda, dan tidak ada yang salah tentang itu. Lagipula, aku lebih suka conming-out pada usia muda, daripada harus menunggu sampai 50 tahunan.

Aku tidak ingin hidup dibawah pemikiran orang lain lagi, aku ingin hidup on my own terms! 

Dengan coming-out, aku merasa lebih hidup, dan aku lebih menghargai diri sendiri. Aku bisa lebih bertumbuh dengan merangkul semua aspek dalam diriku, like embracing my authentic self.

Yang terpenting, aku tau dan kenal siapa diri ku, aku bangga menjadi diri ku.

Be True. Be You. Be fabulous. Be Happy.


Namun aku juga ingin menyampaikan pada kalian bahwa, aku tidak suka dan tak akan pernah suka, me-label diriku Gay sebagai identitasku. 

Like, my sexuality doesn’t define who I am, ini hanya bagian dari diriku, ini hanya orientasi seksual ku dan bukan segalanya dari diriku. Seperti kata Miley Cyrus :

“There are times in my life where I’ve had boyfriends or girlfriends. I’m not hiding my sexuality. For me, I don’t want to label myself as anything.”


-


“I’m obviously in love, so if people want to say I’m Gay,  that’s great. But we’re all liquid – we change, we grow” – Cara Delevingne



Tahun ini, setelah mengumpulkan cukup keberanian dan kesadaran, aku mulai menerima diriku ku apa adanya. Pelajaran menerima diri sendiri tidak ada di sekolah, dan hal tersebut harus di bangun dari dalam diri sendiri. Banyak orang yang mempengaruhi ku beberapa bulan belakangan, nama – nama seperti Troye Sivan, Connor Franta, Taylor Swift (no,she’s not Gay), Sam Smith, Ellen DeGeneres etc. Mereka adalah orang-orang yang hebat, dan berhasil meyakinkan diriku bahwa tidak ada yang salah merangkul keunikan ku, menerima keunikan ku, dan jadi diri sendiri. 
  

Sebelum aku memikirkan tentang mem-posting artikel ini, aku sempat membaca beberapa orang terkenal di dunia yang juga masuk dalam komunitas ini. Contohnya seperti; Oscar Wilde, Cara DeLevingne, Miley Cyrus, Kristen Stewart (aku baru tau kalau ternyata dia sekarang punya pacar wanita, baca disini), Ralph Waldo Emerson, Michael Angelo etc. orang-orang yang sudah memiliki nama hebat didunia ini benar-benar menginspirasi ku, they can accept themselves, so why can’’t I?


"if you have something about yourself that’s different, you’re lucky. It’s not a curse," – Taylor Swift

Tahun ini pula aku mulai membaca banya kisah coming-out dari beberapa orang di luar sana, kisah-kisah yang hebat dan sangat membantu ku melewati banyak keraguan. Juga tak lupa video-video coming-out dari youtubers yang sempat membuat ku berpikir membuatnya juga, tapi aku prefer ke menulis, karena aku suka menulis, terutama di Blog.

Aku pikir, ketika manusia berbicara tentang cinta dan kasih sayang, tak ada yang harus ditakutkan. Kita diciptakan unntuk saling menyayangi, tak peduli warna kulit, ras, suku, gender dll. Tak ada yang salah ketika seorang wanita mencintai wanita lain, begitu pula ketika pria mencintai pria lain. Mari lihat dunia lebih jelas, mari buka pikiran lebih luas dan dalam bahwa kita tidak harus membatasi diri oleh pikiran orang lain, selama itu baik bagi dirimu sendiri, maka tak ada yang perlu di ragukan.

Seperti kata Oscar Wilde sebagai The Love that dare not speak its name’:

“It is that deep, spiritual affection that is as pure as it is perfect. [..] it’s beautiful, it is fine, it is the noblest form of affection. There is nothing unnatural about it. It is intellectual, and it repeatedly exist between an elder and younger man, […] that it should be so the world doesn’t understand.”  

Atau ketika Kristen Stewart bilang saat wawancara tentang hubungan asmaranya dengan Alicia Cargile:

“[..]I think also right now I’m just really in love with my girlfriend. We’ve broken up a couple of times and gotten back together, and this time I was like ‘Finally, I can feel again’ [..] then it changed when I started dating a girl, I was like ‘Actually to hide this provides the implication that I’m not down with it or I’m ashamed of it, so I had to alter how I approached being in public. It opened my life up and I’m so much happier. [..] As I got older, I reoriented my mind, [..] it’s a natural thing. Whereas, when I was younger I was like ‘you’re gonna screw me over’. Now I’m like ‘Whatever, You can’t”.


Oke, hidup hanya sekali, jangan biarkan orang lain menentukan jalan hidup mu.  dan aku sampai pada point ini dan aku bahagia, Lady Gaga menyanyikan lirik I'm on the right track, Baby, I was born this way!

Be Yourself! Until next time, live consciously.
BS

Aku yakin setelah membaca ini, ada diantara kalian (yang mungkin kenal aku) kaget dan mulai bertanya-tanya keaslian tulisan ini. tapi ini memang kenyataan, ini benar-benar keluar dari hasil bertahun-tahun menutup diri.

UPDATE:
Tahun 2016 sudah akan berakhir, aku ingin mulai saat ini tidak akan melabeli diri ku sebagai  Gay, Agnostic atau introvert atau apapun itu! karena iya, setiap individu berbeda, aku terus bertumbuh dan akan tidak  sama lagi esok hari.

Aku ingin sekali mengetahui apa tanggapan kalian tentang tulisan ini, so, silahkan tinggalkan komentar di bawah ya (: 
Thanks for reading.



15 comments:

  1. jujur, gua sempet kaget sama post diatas, ah paling dia cuman bercanda....ternyata serius.

    tapi gua salut!!, lo berani mengumukakan perasaan lo ke blog ini, lalu ingin tau pendapat para kawan kawan, asli gua salut!!

    setiap orang itu punya kekurangan masing2. ada yang mau menerima kekurangan, ada juga yang nggk mau menerima kekurangan suatu manusia. gua secara pribadi nggk mempermasalahkan gay, banyak yang menganggap buruk gay, namun nyatanya mereka semua baik, manusia terkadang suka menilai sampulnya aja daripada isi.

    ~ semangat buat menjadi diri sendiri bima!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks Gan :) Aku setuju sama kamu, banyak orng yang masih berpikiran negatif pada orang-orang yang 'berbeda' sehingga kadang itulah masalah yang sebenarnya datang.

      kata-katamu sangat memotivasi saya, terima kasih :)

      Delete
    2. sama - sama, pada dasarnya tidak ada orang yang mau menjadi gay. namun ku berharap supaya tuhan memberimu jalan yang lurus supaya kamu menjadi manusia normal kembali

      Delete
  2. OMG! Jujur, aku sempat ngeri pas baca awal-awal kalau kakak terang-terangan mengakui 'Gay'
    ..

    Okkkk... setiap orang terlahir berbeda-beda, dan kita tidak bisa menyalahkan apa yang terjadi..

    Aku ng tahu banyak soal 'Gay'.. tapi menurutku sedikit aneh. Kaum Hawa didunia ini sungguh buanyak.. dengan segala kesempurnaan mereka, tapi kakak lebih memilih 'Gay'..

    Aku rasa sedikit salah mengenai hal itu, harusnyakan setiap pria mencintai waninta, bukan mencintai sesama pria. Tapi balik lagi ke kakak, apa yang bisa bikin kakak nyaman, itulah yang mungkin baik..

    Entah ini tulisan cuma bohongan atau beneran, tapi aku berharap pada suatu waktu, entah kapan, kakak bisa bertemu wanita yang kakak sukai, melebihi suka terhadap pria, lalu memilih hidup bersamanya, selamanya dalam ikatan yang 'halal'..

    Sorry kalau kesannya menggurui.. :D

    #SalamSapa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang aku sudah dari dulu diajarkan bahwa Pria 'seharusnya' menyukai wanita. Tapi sayangnya itu ajaran orang, dan hal tersebut tidak berlaku untuk pribadi saya Raya :) ada beberapa hal yang memang sudah menjadi hal alami dari tiap individu,dimana tidak dapat di pengaruhi dari luar. semoga orang-orang bisa paham.

      saya sangat menghargai komentar mu Raya, terima kasih banyak sudah meluangkan waktu membacanya :)

      Delete
  3. Wow.. Tulisannya sangat panjang tapi berhasil gue baca sampai habis. Jujur, gue salut karena lo bisa mengakui dan mencurahkan segalanya tentang diri lo sebenarnya. Ini adalah keberanian yang luar biasa karena tidak semua orang bisa mengakui tentang dirinya sebenarnya. Diantara semua orang yang masih menutupi jati dirinya, kamu adalah orang yang berhasil menilai bagaimana dirimu sebenarnya.

    Terlepas dari semua pro dan kontra yang ada tentang LGBT, gue tetap menghargai mereka. Bukan perkara mudah sisi berbeda itu bisa ditolak atau diterima dalam diri kita. So, semangat BiMA.. gue sangat salut sama Lo!! Selamat menjalani hari-harimu yang sebenarnya tanpa ada yang ditutup-tutupi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, aku setuju gan :) bukanlah perkara mudah di dunia seperti ini untuk menjadi 'berbeda'. berbeda berarti perkara. tapi mungkin itu lah yang membuat hidup jadi lebih berarti.
      saya sangat bahagia bisa membaca komentar mu gan :) ini diluar dugaan, dan sangat memotivasi. Terima kasih banyak sudah meluangkan waktu membaca dan meninggalkan komentar :)semoga hari mu juga lebih indah.

      Delete
  4. Pertama, congratulations buat lo yg udah berani buat coming out. Coming out itu bener-bener hal yg paling menakutkan buat kaum LGBT. Seandainya masyarakat gak "begitu" ketakutan sama LGBT, pasti coming out bukan hal yg susah. Sayangnya mindset orang-orang udah terlanjur jijik dengan kaum LGBT. Padahal hal itu sebenernya gak ada pengaruhnya buat kelanjutan hidup mereka. Tapi mereka terus blaming kaum LGBT, seolah-olah itu pilihannya. But, jadi gay itu sama sekali bukan pilihan. Yang namanya ketertarikan itu bukan pilihan. So gak mungkin jadi salah seprang dari kaum LGBT itu adalah pilihan. Gak ada orang yg mau terlahir berbeda. Tapi gue juga salut sama temen lo, bisa nerima apa adanya, apalagi yg cowok. Kalo cowok denger hal kayak gitu biasanya pasti jijik, cenderung menjauh. Bagusnya, temenmu itu memang pikirannya udah lebih maju. Rasanya pasti lega udah coming out. Sekali lagi selamat ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju sekali Samuel :)
      Aku juga masih heran, mengapa orang begitu 'irritated' dengan LGBT? padahal bila kasih sayang dan saling memahami di tunjukkan, malah kedamaian akan didapat.

      Dan aku sangat setuju dengan komentar kamu Samuel bahwa menjadi LGBT itu bukanlah pilihan. itu hal natural yang tidak untuk di khianati. ketertarikan pada gender sama bukan pilihan.

      Terima Kasih Samuel, komentarmu sungguh berarti bagi saya. Thanks again :)

      Delete
  5. Sebelumnya aku apresiasi keberanian kamu untuk bisa coming out mengungkapkan apa yang selama ini kamu rasakan dan kamu alami. Jujur, aku rasa ini butuh keberanian yang kuat untuk mengungkapkan semuanya di dalam blog seperti ini.

    Tetap semangat ya bro, pada dasarnya memang nggak ada orang yang mau memilih jalan yang kamu lalui seperti saat ini. Tapi semoga saja suatu saat kamu ditunjukkan oleh Tuhan jalan yang lebih lurus, sehingga kamu bisa hidup normal seperti orang kebanyakan. Semangat!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Reyza, aku sangat menghargai komentar mu :) terima kasih juga sudah meluangkan waktu membaca dan meninggalkan komentar :)

      Delete
  6. Aku hargai keberanianmu mas, jujur sekali.

    Emng setiap orang punya jalan hidup masing-masing, dan terkadang jalan hidup yang kita jalani gak seperti apa yg diinginkan.

    Ya menurutku lebih baik hidup apa adanya daripada hidup bersembunyi dibalik topeng, karena kamu gak sendiri di dunia ini mas, masih banyak orang di luar sana yang bisa menerimamu.

    Dengan berani ngomong jujur apalagi dengan menulis di blog, tentunya akan banyak orang yang tahu, dan aku juga hargai teman-temaanmu yang selalu mendukungmu, bahkan teman wanita bisa memaklumi apa yang sedang kamu alami.

    Go ahead and be yourself. Semangat mas Bima.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas Santo, saya sependapat :)
      tidakkah sunguh bermakna hidup bangga dengan 'kulit' sendiri?

      Terim Kasih dukungannya, saya sangat senang dan pasti, saya akan tetap menjadi pribadiku yg sebenarnya :)
      Thanks

      Delete
  7. Awalnya kupikir tulisanmu hanya bergurau atau kamu sedang menulis sebuah cerpen, tetapi ternyata kamu benar benar sedang sharing. Aku sangat mengapresiasi keberanian kamu untuk coming out dan bercerita jujur di jagat maya ini, dimana ada banyak orang dengan pola pikir dan sudut pandangnya yang berbeda-beda, sehingga tentunya akan memberikan tanggapan yang berbeda pula. Sampai di sini, kamu luar biasa.

    Usiamu masih muda, masih banyak waktu untuk lebih dalam mengenal dirimu sendiri. Kamu mungkin bisa mencoba mencari analisa yang berbeda, mengenai pro dan kontranya bagaimana. Aku doakan, semoga yang terbaik saja bagi hidupmu. Mudah mudahan dengan semakin banyak kamu belajar dan membandingkan ilmu ilmunya, kamu akan semakin mengerti, seharusnya bagaimana dan seperti apa pilihan terbaik yang sebaiknya kamu perjuangkan. :)

    Be brave. Berdoalah sesekali ya. Tuhan sayang sama kamu. Belajar lebih banyak lagi tentang diri dan pilihan hidupmu. Moga kamu tumbuh mendewasa dan makin bijak pada dirimu sendiri. Sebab yang kutahu, pilihan hidup itu ada dua. Ya atau tidak dan nggak ada tengah tengah (antara ya atau tidak). :)

    ReplyDelete
  8. Terima kasih atas kejujurannya. I'm speechless but its okay. Saya pikir semua orang harus berani menunjukan siapa dirinya. Bahwa itu bagian dari hak privat seseorang yang harusnya orang lain tidak boleh ikut campur. Saya punya beberapa teman gay, walaupun mereka gak bilang mereka gay tapi sudah terlihat jelas. Dan mereka teman yang menyenangkan.

    I'm appreciate...

    ReplyDelete