Hai, what’s up you
guys?
Today I ‘m going to
talk about something that has been frustrating me (not so much though) lately.
Sebenarnya bukan frustasi yang terlalu parah, tetapi lebih
ke geregetan!
Dari mulai dunia kampus, dunia rumah, dunia maya sampai
dunia fiksi belakangan seperti mendesak ku dalam gelembung comfort zone.
Sejak sadar akan tujuan ku hidup di planet ini, aku sering
merasa bersalah bila hanya duduk diam terpaku tanpa berbuat sesuatu demi goal-goals
ku. Misalnya ketika tanpa sadar melipat kedua kaki sambil menatap layar TV,
atau berbaring selama beberapa menit dengan tatapan pada layar smartphone. Hal-hal
semacam itu seperti kesenangan sesaat, namun melelahkan, dan berakibat pada
bertambahnya kadar frustrasi ku.
Dunia Kampus
Minggu yang lalu kami baru selesai Midterm Exam, namun sisa – sisa tugas dari perkuliahan sebelumnya
yang menumpuk masih mengejar ku kemana saja raga ku berada; seperti dalam WC.
Ada juga satu mata kuliah yang belum exam, namanya Manajemen
Keuangan, dengan segala macam ke-tidakpahaman ku terhadap materi yang di
berikan, kadang membuat ku berpikir kalau “seandainya
aku punya sayap.. terbang.. terbang lah aku” maksudnya, kenapa posisi duduk
ini yang sudah hadap-hadapan dengan dosen masih belum cukup untuk memahami
maksud dari mata kuliah ini (how dumb am I?).
Sedangkan beberapa mata kuliah yang sudah kelar Mid-exam, dengan dosen-dosennya yang
masih semangat, melanjutkan pendistribusian tugas-tugas bulanan dan harian
kepada kami pejuang-pejuang kelas tanpa melihat kadar oksigen dalam otak
(ngawur lu bim!).
Tugas paper, presentasi, belum lagi tugas yang harus hitung-menghitung
– which makes me gone crazy. Alasan mengapa aku tidak sering tepat waktu
mengerjakan tugas juga mungkin karena procrastination, dan merasa ingin lebih nyaman dalam ‘zona
aman’ ku sambil mengharapkan aksi cepat dan tanggap pada waktu-waktu kritis
–padahal itu malah menambah beban.
Tapi memang beginilah kuliah, semester Satu dan Dua juga
sama (meski tingkat kesulitannya semakin naik), banyak dan semakin banyak lagi ilmu
terserap, kadang bisa bikin sensitive (masa sih?).
Aku senang bisa mempunyai catatan kecil dimana aku selalu
menulis tiap tugas yang diberikan dosen, dengan tinta hitam dan tinta merah
sebagai pengingat deadline, lalu
sensasi yang ku dapat ketika tanda centang ku goreskan di tiap tugas yang berhasil
ku selesaikan, itu rasanya melegakan dan menyenangkan.
Aku belakangan juga ikut dalam organisasi mahasiswa jurusan
(Himaju) yang baru dalam pembentukan keanggotaan baru, yang berarti belum banyak dan belum ada yang
aku kerjakan, hanya sampai pada menghadiri rapat dan pulang. Mungkin dalam
waktu dekat ketika organisasi ini sudah memiliki keanggotan yang tersusun
rapih, kesibukan akan bertambah, dan jam atau waktu berada di sekitar kampus
juga mungkin akan semakin banyak (I can’t imagine it)
Beruntung bagiku punya beberapa sahabat yang bisa diajak
ngobrol apa saja (hallo kak Lian, Haloo Piajoya, Haloo Novi, Hallo Kathleen)
saat dikampus, mereka bagaikan udara sejuk didalam ruangan kelas yang apek dan
panas.
Aku rasa teman-teman terdekat ku juga patut di apresiasi
setiap saat, jadi aku sudah mulai menuliskan tanggal kelahiran mereka satu per satu,
agar nanti ucapan dan mungkin hadiah kecil dariku saat mereka ber-hari
jadi tidak ku abaikan.
Dunia Maya
Aku sudah tidak menggunakan Facebook untuk menyampaikan pada
orang-orang apa yang sedang ku kerjakan setiap harinya, atau bagaimana perasaan
ku hari ini, tetapi aku menggunakan facebook hanya untuk kepentingan komunitas
Blogger (Blogger Energy) yang salah satu syaratnya harus punya akun FB. Keluar
dari cengkraman toxic-Facebook memang menyegarkan, sama rasanya ketika
uninstall BBM dan Line. Namun aku sekarang terdampar di social-media
lain;Instagram & Twitter.
Di perkirakan setiap hari aku bisa menghabiskan waktu 1-2
jam (atau lebih) scrolling down di
Instagram, melakukan pekerjaan harian seperti; memberikan ‘love’ pada postingan
teman, memberikan komentar ‘how cute you are’ pada akun yang memberikan update
tentang kucing-kucing lucu, atau melihat wajah-wajah pemain Make It Right The Series pada beberapa
akun fandom.
Ini melelahkan, to be honest! Tapi bagaimana bisa aku
berhenti? Masih ku cari jawabannya.
Aku bisa dibilang pergi ke Twitter hanya untuk melihat #Trending topic, atau melihat beberapa
tweet sebelum keluar. Tidak banyak menyita waktu, lebih simple, kecuali
belakangan ini, dimana aku sering
mondar-mandir ke kotak ‘mention’ untuk melihat apakah ada pemberitahuan dari
team Blogger Energy soal keanggotaan ku (ini sedikit menguras energy).
Lalu, karena aku juga
sedang menunggu balasan beberapa orang dari email, kadang apa yang pertama kali kupikirkan setiap bangun
adalah EMAIL!
Tapi memang mengecek email adalah hal penting, terlebih
ketika sudah memiliki Blog, kalau-kalau ada yang meninggalkan komentar kan bisa
langsung tau – meski sampai sekarang
belum ada yang komentar :’)
Dan mungkin selanjutnya ini adalah hasil dari ketidak-warasan
ku, atau pengaruh puberty juga, yang bisa membuat ku berjam-jam duduk atau
berbaring mengetikan kata-kata pada orang-orang yang ada dalam aplikasi
bernama Grindr. Sebelumnya, aku perkenalkan dulu apa itu Grindr.
“Grindr adalah aplikasi jejaring geososial yang di tujukan untuk pria Gay, Bisexual dan Bi-curious.”
Aku tak pernah terlalu serius menanggapi ide untuk mencoba
menggunakan dating-apps, sampai pada
dua hari yang lalu, aplikasi ini sudah ter-install dalam smartphone ku.
Tujuan utama ku berganti-ganti : mencari teman, kemudian
mencari teman untuk berbicara tentang buku, kemudian berganti lagi mencari
seorang narasumber untuk artikel Blog, lalu berganti mencari seorang pacar, dan
terakhir mendengar kisah mereka dan berharap menjadi kan salah satunya
sahabat.
Namun, orang-orang yang chatting denganku, cukup
menggelikan. Ada yang langsung menanyai apa posisiku (Top or Bottom?), lalu ada
yang ajak ketemuan, ada yang
mewawancarai ku –namun tidak ku gubris, ada yang mengajak ku xxxxx dan mungkin
masih bayak lagi cerita unik dari aplikasi ini (baru dua hari pake loh).
Memakai aplikasi ini seperti turun ke suatu ruangan dimana
orang – orang memakai topeng – kecuali aku yang terbuka, namun memiliki tujuan,
dan berusaha dengan hati-hati mencari info dari tiap sasaran. Cara kerjanya
sama seperti apa yang di katakan seseorang di chat: “basically, you just chatting, send pictures to each other, meet up,
become a partner or be in relationship or just one night stand”
Aku tidak terlalu
berharap dengan aplikasi ini, semenjak orang-orang yang sejauh ini ku ajak ngobrol
tidak paham kalau ada beberapa cowok seperti ku di dunia ini yang cukup aneh;
aku tidak tertarik pada mereka yang dipenuhi libido.
Hasilnya, tidak ada makna berarti dari aplikasi ini, dan
menambah frustrasi kadang-kadang (ROTFL).
Update: I quit from Grindr, no longer using this ridiculous apps.
Update: I quit from Grindr, no longer using this ridiculous apps.
Dunia Fiksi
Nah ini dia yang sekarang juga seperti terus mengikuti
kemanapun aku pergi dan berkata dalam benak seperti suara hantu:
“Bim, cerpen kamu
belum satu pun selesai, dan deadline nya sudah dekat”.
Meski tulisan “Beyond
procrastination is your Dreams” yang ku tempel di dinding kamar sangat
jelas terlihat, namun alam bawah sadarku nampaknya enggan menghiraukannya.
Buktinya sudah sebulan ini aku belum menyelesaikan satu short – story pun dari target lima (5) sebelum akhir November.
Kadang ketika di kelas, pikiran ku melayang mencari dunia imaginer
lain yang mungkin bisa jadi pelabuhan cerita ku, menjadi ladang ide baru. Tapi sampai di depan laptop, aku tidak
sanggup mengetik beberapa kata sekalipun di layar putih nya.
Apa aku salah dalam
menentukan Goals? Apa jadwal ku kurang
tajam?
Mengambil cara-cara dari para pakar memang menarik, tapi aku
sadar bahwa pada akhirnya diri ku
sendirilah yang menentukan ‘apa akan jalan maju? atau diam ditempat’.
Cerpen yang sedang ku kerjakan belakangan sudah hampir
selesai (honestly, I don’t know when because
it could bring me to another long abstract-new journey). Setidaknya semangat
dan ide-ide dalam otaku masih hangat dan bisa diandalakan belakangan ini. Tapi
waktu semakin sedikit, dan ketegangan sering melanda ku.
Am I going to make it?
-
Hal – hal diatas tadi secara mental memang membuat ku agak
kewalahan, tapi aku sangat bangga dengan diri ku sendiri, atas respon ku yang
bisa dibilang cukup positive.
My subconscious mind
leads me to a positive state of mind. Hari kadang sangat menyesakkan, tetapi aku tidak lagi mengeluh melainkan
menggantungkan senyuman dibibir, atau menertawakan kekonyolan diri sendiri.
BS
Aku sangat ingin mengetahui tanggapan kalian tentang
bagaimana cara kalian menghadapi beberapa tugas yang membuat Frustrasi. Apa
yang kalian lakukan? Apa respon kalian?
Tinggalkan komentar di bawah ya (: Thanks for reading.
No comments:
Post a Comment