Hai Guys!
Wish you are having a great week.
Kali ini
aku akan sharing pengalaman ku berkeliling kawasan Pecinan (China Town) di kota
Manado dalam rangka tahun baru Imlek.
Tanggal 28
Januari adalah hari Tahun Baru Imlek 2568 bagi etnis Tionghoa (atau keturunan
Tionghoa) di seluruh dunia. Tidak terkecuali di
Indonesia. Karena kebetulan negara kita ini amat sangat lekat budayanya
dengan bangsa Tiongkok, serta banyak keturunan Tionghoa yang menjadi bagian dari masyarakat bangsa ini, maka Hari
Imlek juga jadi hari libur Nasional dan di beberapa daerah sangat kental
perayaannya.
Nah,
karena aku tinggal di kota Manado, yang notabene juga banyak orang keturunan
Tionghoa jadi kalau Tahun Baru Imlek itu banyak kegiatan yang diadakan dalam
meramaikan hari besar ini. Setau ku, setiap tahunnya akan ada festival Toa Pe
Kiong/Cap Go Meh yang di adakan di sekitar kawasan Pecinan. Orang Manado juga
sudah sangat familiar dengan acara ini, setiap bulan Februari pasti Toa Pe
Kiong akan ramai jadi tontonan warga.
Tahun ini
pemerintah kota Manado kayaknya lebih semangat dalam menyambut dan merayakan
tahun baru Imlek 2568. Karena mempertimbangkan juga begitu potensialnya pariwisata
di Sulawesi Utara, khususnya dalam kebudayaan masyarakatnya, maka semakin hari
event yang berkaitan dengan tema kebudayaan lokal semakin gencar dipromosikan.
Memang dari pertengahan 2016 sampai awal tahun 2017 ini banyak wisatawan
Tiongkok yang datang ke Manado, aku juga bingung kenapa kok makin hari bus-bus
pariwisata yang isinya koko-koko dan cici-cici tambah rame di Manado.
Tahun ini
bertepatan dengan Tahun Baru Imlek 2568 plus rombongan turis dari China yang datang
berkunjung, banyak agenda dari Pemkot sebagai upaya membangun pariwisata
berbasis kebudayaan bagi para pelancong. Salah satunya pas tanggal 28 kemarin,
Pemkot bersama Umat Tri Dharma Manado, mengadakan malam pergantian tahun baru
China (Lunar New Year!) di kawasan China Town (dan kalau tidak salah ini yang
pertama kali) dengan menghiasi jalanan sepanjang kawasan tersebut dan you
know, pesta kembang api ala New Year’s Eve.
Acara
dilakukan pas jam 23.00 Wita sampai subuh, dan semua masyarakat Manado diundang
untuk ikut merayakannya. Katanya sih sampe ada panggung musik besar di tengah jalan. Cuma semenjak
aku pake ‘Katanya’ berarti aku tidak ikut hehehe, aku mah di kamar, baca Paper Town sampe mewekk.
Ketua Komisi IV DPRD Sulut James Karinda menuturkan, perayaan Imlek di Kota Manado memang sangat cocok dijadikan objek wisata. “Kita sudah cukup lama merayakan Imlek. Tapi sebelumnya kurang jeli melihat jika momen ini harusnya bisa menarik wisatawan. Dan tahun ini kita menggebrak. Apresiasi pada semua pihak yang ikut terlibat,” kata legislator asal dapil Manado ini. (source: Tribun Manado)
Karena
tidak ikut dalam New Year’s Eve ala Chinese, aku dengan semangat besoknya (pas
hari minggu) pergi sendirian ke China Town untuk lets say pertama kalinya, mengunjungi tempat ibadah Umat Tri Dharma Manado.
Lewat sini sih sudah banyak kali, tapi singgah dan exploring sedikit belum pernah. Jadi, there I was, alone on Sunday afternoon, jalan-jalan kayak turis di kota asing hehe. Solo Traveling guyss.
Lewat sini sih sudah banyak kali, tapi singgah dan exploring sedikit belum pernah. Jadi, there I was, alone on Sunday afternoon, jalan-jalan kayak turis di kota asing hehe. Solo Traveling guyss.
Karena
beberapa hari sebelumnya udah googling
tempat-tempat mana saja yang akan ku kunjungi, jadi well, aku langsung deh
turun dari angkot pas di China Town dan langsung pergi ke spot pertama, yaitu
Klenteng.
Kalau kalian mau datang ke sini, bisa sih jalan kaki dari daerah 45, jaraknya lumayan lah buat olahraga. Atau bisa juga naik angkot/mobil dan berhenti di Jl. D.i. Panjaitan, Calaca, Wenang. Daerah ini sudah di kenal luas orang Manado, karena sempat jadi pusat perdagangan.
Kalau kalian mau datang ke sini, bisa sih jalan kaki dari daerah 45, jaraknya lumayan lah buat olahraga. Atau bisa juga naik angkot/mobil dan berhenti di Jl. D.i. Panjaitan, Calaca, Wenang. Daerah ini sudah di kenal luas orang Manado, karena sempat jadi pusat perdagangan.
Secara
pasti aku belum tau sih ada berapa jumlah klenteng di Manado, tapi di sekitar
kawasan China Town ada 3 yang aku lihat. Klenteng Ban Hin Kiong, Klenteng Kwan
Kong sama yang satunya I don’t know, yet.
Ban Hin
Kiong jadi tempat pertama yang aku kunjungi. Sebelum sampai sebenarnya hampir
tersesat di sekitar China Town. Kalau kalian jalan di daerah ini, kalian kayak
masuk labirin gitu, tapi lebih lebar dan tidak terlalu rumit. Cuma karena
jalannya banyak pertigaan dan perempatan, dan ditambah ini pertama kalinya aku
jalan kaki di daerah itu jadinya agak kikuk.
![]() |
Lampion di sepanjang jalan |
Mengandalkan
naluri (aseek) aku jalan santai aja
di tengah-tengah bangunan yang seperti menyambut ku di masing-masing sisi
jalan. FYI, bangunan-bangunan yang ada di China Town kebanyakan adalah Rumah
Toko (Ruko) yang sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Jadi jangan heran
kalau suasananya kayak perjalanan waktu ke zaman tersebut.
Setelah belok beberapa kali dan bertemu persimpangan yang bikin keringat bercucuran, akhirnya aku bisa sampai di klenteng primadona di kota Manado itu. Sebenarnya dari simpang jalan yang aku lewati meski belum bisa lihat klentengnya, tapi sudah bisa ketebak dari tumbuhnya Pohon khas China (please tell me nama pohon ini apa) dari kejauhan.
Pohonnya kayak bilang “belok kanan aja dek, tuh Ban Hin Kiong dah nungguin..”
Ban Hin
Kiong adalah klenteng Tri Dharma paling senior di kota Manado. Sudah berdiri
sejak tahun 1819, dan menurut sumber yang ku baca, klenteng ini sudah beberapa kali di pugar.
Mulai dari di jatuhkannya Bom tentara Jepang, sampai kebakaran, semuanya sudah
dilewati Ban Hin Kiong. Tapi syukurlah sampai generasi ku, klenteng ini masih
bisa bertahan (im gonna cry..).
Jika ingin masuk, silahkan langsung masuk saja, karena tidak akan di kenakan tarif. Jangan ragu hehe.
Jika ingin masuk, silahkan langsung masuk saja, karena tidak akan di kenakan tarif. Jangan ragu hehe.
Berhubung
aku belum punya DSLR yang bisa diputar-putar lensanya, jadi aku hanya bawa
kamera ponsel yang diputar-putar tanganku biar angle nya pas di hati.
Katanya di lantai 2 ada meriam VOC, but unfortunately, aku tidak melihatnya. Tidak ada seorang petugas atau apa di sekitar, semua lagi sembahyang, jadi aku cuma sampai di ruang berdoanya.
Klenteng kedua adalah Kwan Kong, yang persis di bangun di seberang jalan (sampingnya Ban Hin Kiong). Pas keluar dari pintu masuk Ban Hin Kiong, udah keliatan gerbang dari Kwan Kong ini. Karena pertama kalinya juga sadar kalo ada klenteng lain, jadi aku dengan sigap langsung menyeberang ke tetangga sebelah.
![]() |
Lukisan di pintu masuk |
![]() |
biggest candle I've ever seen! lebih besar dari badan ku :" |
![]() |
Looks like in China |
Klenteng kedua adalah Kwan Kong, yang persis di bangun di seberang jalan (sampingnya Ban Hin Kiong). Pas keluar dari pintu masuk Ban Hin Kiong, udah keliatan gerbang dari Kwan Kong ini. Karena pertama kalinya juga sadar kalo ada klenteng lain, jadi aku dengan sigap langsung menyeberang ke tetangga sebelah.
Sampai di
dalam aku agak merinding sih. Bukan karena takut ada Song Go Kong yang
tiba-tiba loncat di atas kepala, tapi lihat patung yang di depan klentengnya,
dengan tatapan mantapnya, aku jadi
minder. Bahkan mau foto pun jadi minder :p
Waktu itu tidak ada seorang pun datang berdoa, mungkin udah selesai jam ibadahnya atau apa, yang pasti cuma aku sendiri di dalamnya. Setelah duduk sebentar di teras klenteng (ada tempat duduk nyamannya) aku udah niat masuk ke dalam, mau foto lilin-lilinnya juga, mau bedakan ukurannya, apa lebih besar dari Ban hin Kiong?
Pas mau
masuk di pintunya, eh udah ditegur.
“stt shttt…” suaranya datang dari arah
belakang, di patung-patung tadi. Sontak aku balik badan dan pasang mata.
Ternyata
sejak tadi ada Om-om yang mengawasi gerak-gerik ku dari lantai dua sebuah
gedung sekretariat.
Yaelah Om.
Yaelah Om.
“gak bisa
masuk ya om?” tanya ku polos.
Tanpa
jawab, tapi menggeleng, aku sudah tau
maksudnya. Meski agak berat hati ninggalin klentengnya, tapi sebelum pergi
sempat bilang Thanks sama patung-patung penjaganya.
Thank you so much for your hospitality.
Thank you so much for your hospitality.
![]() |
Lukisan ini dibuat di sepanjang dinding (sebelah kiri) klenteng |
Perjalanan
aku lanjutkan ke lokasi Event Inkulturasi di Tugu Lilin. Sore itu dengan langit
cerah, ternyata Tugu Lilin sudah hampir sesak sama warga yang diundang nonton.
Ada
panggung besar yang dibangun di belakang Tugu Lilin.
Acara sudah
dimulai sejak siang hari, karena pas sampai, aku sudah melewatkan pertunjukan
Kung Fu, Tari Maengket, dan tarian Masamper.
Berdiri
lumayan berdesak-desakkan, aku masih sempat menonton Barongsai dan pertunjukan
musik dari Umat Tri Dharma (gk tau nama pertunjukannya). Sayangnya karena
handphone ku tanpa terduga habis memory, jadi tidak sempat ambil gambarnya.
Di acara
ini juga di undang khusus tourist-tourist dari Tiongkok yang dijamu dengan
sangat baik oleh panitia. Selain host bahasa Manado, ada translator bahasa
Mandarin, jadi suasananya benar-benar unik.
Bertemakan
Inkulturasi, jadi event yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata ini
menyajikan beberapa tarian adat khas Minahasa, Sanger dan Tiongkok.
Aku
sempat juga menonton Tarian Perang Kabasaran.
Tarian ini
menurut yang ku dengar dari Host, memang di ciptakan dahulu kala oleh orang
Minahasa dengan maksud untuk berperang. Tarian ini sekarang jadi ikon
pariwisata Sulawesi Utara, dan sudah sering muncul di tayangan budaya di TV
Nasional. Meski tergolong ekstrim, karena penarinya membawa golok tajam (asli)
keliling arena, sehingga penonton sebaiknya jangan terlalu dekat. Tetapi tarian Kabasaran mempunyai gerakan-gerakan yang sangat khas dan unik. Ada pemimpin tarian yang mengatur ritme gerakan.
Beberapa kali (atau memang bagian dari tarian) penari-penari dalam arena memperlihatkan gesture ‘Marah’ ke arah penonton sambil mengibas-ngibaskan goloknya. Beberapa penonton ada yang kaget dan lari (wkwkw)
Beberapa kali (atau memang bagian dari tarian) penari-penari dalam arena memperlihatkan gesture ‘Marah’ ke arah penonton sambil mengibas-ngibaskan goloknya. Beberapa penonton ada yang kaget dan lari (wkwkw)
Ada juga
tarian khas Minahasa yaitu Tari Katrili. Kali ini penarinya adalah anak-anak
sekolah dasar sampai menengah atas dengan kostum ala Nyong dan Noni Belanda.
Pokoknya lucu dan seperti tarian kolosal indah untuk ditonton.
Sehabis
Tari Katrili ada pertunjukan Musik Bambu, dan setelahnya aku sudah tidak tau
lagi, karena rasanya sudah waktunya pulang. Meskipun kawasan pantai di
kawasan Boulevard dan Marina Plaza sangat menggoda di sore hari, tapi waktu ku sudah cukup. Aku pulang jam 6 sore.
Oh ya,
pengalaman yang aku dapat di akhir pekan ini sangat menyenangkan. Satu yang
tidak akan ku lupa lagi adalah Jangan Lupa Sediakan Memory untuk Foto.
-
Menurut
informasi yang ku baca, nantinya perayaan Cap Go Meh atau Toa Pe Kiong akan di
laksanakan tanggal 11 Februari (15 hari setelah Imlek) di lokasi yang sama,
yaitu China Town. Katanya event yang terkenal akan parade kendaraan hias nya
ini akan lebih meriah tahun ini.
Makanya
aku sudah lingkari tanggal tersebut, gk mau ketinggalan hehe.
Sebagai
salah satu Travel Resolution ku
tahun ini, akhirnya bisa juga jalan-jalan ke China Town dan untuk pertama kalinya masuk ke Klenteng.
Anyway, Selamat Tahun Baru Imlek bagi yang merayakannya. Semoga keberhasilan dan keberkahan selalu menyertai kita semua di Tahun 2017. Semoga tahun ini jadi tahun terbaik kita!
Anyway, Selamat Tahun Baru Imlek bagi yang merayakannya. Semoga keberhasilan dan keberkahan selalu menyertai kita semua di Tahun 2017. Semoga tahun ini jadi tahun terbaik kita!
Gong Xi Fa Cai, Gong Xi Fa Cai
That’s all, Thanks for reading. See you.
BS
Bagaimana kisah perayaan Imlek di kota kalian? Tinggalkan komentar di bawah ya :)
Bagaimana kisah perayaan Imlek di kota kalian? Tinggalkan komentar di bawah ya :)
Ah !
ReplyDeleteAku dari dulu selalu suka budaya China,
segala kultur tentang China selalu menarik !
Tapi yang unik dari acara ini juga ada campur budaya Daerah asal Indonesianya!
Waah! jadi pengen liat langsung keramaian di sana :(
Andai waktu itu aku bisa ke Manado nonton imlek bareng kang Bima.
masih ada kesempatan kang, apalagi tiap tahun imlek di manado pasti ramai.
DeleteDi kotaku juga ada kelenteng mas, tapi perayaan imlek tahun ini aku gak menyaksikan pertunjukan barongsai di kelenteng. Temen SMA ku juga ada yang ikut jadi anggota Barongsai.
ReplyDeleteDulu aku juga pernah masuk kelenteng dan suasananya emng seperti di Cina, hehe
Ya masak mau masuk kelenteng harus bayar tiket sih mas, wah dilihat dari foto-fotonya ramai sekali ya, gak seramai di sini mungkin antusias warganya yang beda hehe.
sering pelupaan, klenteng bukan hanya tempat ibadah, tapi nuansanya yang khas bisa jadi objek wisata religius.
DeleteIya, antusias warga di manado aku akui sangat tinggi.
Angpao angpao.....hehe
ReplyDeleteHalo bima lama kita tak berjumpa....hehe. Ngomongin masalah imlek, aku nggk ikutan. Soalnya dilampung nggk ada (aku nggk nemu). Yha.....lumayan kan kamu bisa dapet pengalaman tentang kebudayaan....hehe
sayangnya gk kebagian angpao hadehh..
Deletehalo juga Attar. bukannya di Lampung ada etnis tionghoa juga ya?
Wah, meriah sekali ya perayaan imlek di Manado. Kalo di daerahku sendiri aku kurang tahu. Kayaknya gak semeriah ini deh, walau banyak juga warga tionghoa di daerahku.
ReplyDeleteKalo gue pribadi, pas Imlek gue habiskan buat tidur sih. Tapi dua tahun lalu, di Solo juga perayaan Imlek nya bisa dibilang sangat meriah. Disamping memang banyaknya warga keturunan Tionghoa juga. Tapi saya kira perayaan imlek di Manado dibandingkan disini masih sangat meriah disana kali ya. Sampe diadakan tarian-tarian nya juga.
ReplyDeletetidur emang enak, apalagi pas musim hujan. tapi datang ke acara kebudayaan tionghoa asik loh gan.
DeleteMungkin kebetulan banyak turis dari tiongkok yang datang, jadi pemkot bikin lebih meriah.
Wah, keren ya. Serasa di china beneran. Disana kayaknya emang lekat banget ya budaya tiongkoknya di banding daerah yang lain yg ada di Indonesia.
ReplyDeleteBtw, meski pake kamera ponsel, menurut gue anglenya udah cukup pas untuk mendokumentasikan sesuatu hal menjadi lebih enak dan menarik untuk di pandang.
apalagi pas masuk klentengnya, haduhh serasa ada di tiongkok.
Deletewah iya nih, cuma pake kamera ponsel. makasih, senang bisa melihat komentarnya (:
Imlek di Medan keren juga kok..
ReplyDeleteEnggak semeriah di sana sih sepertinya..
Plus fakta kalo gua juga turut merayakan..
Gong Xi Fat Cai Licia :)
DeleteBAPAK. SUGITO SAL MEDAN
ReplyDeleteTerima kasih KH.Fhatulla Harun atas bantuan angka
Ritual putih nya …Angka Anda Tembus 100%…kami yang udah kemana-mana
mencari angka yang mantap selalu gak ada hasilnya…sampai- sampai
hutang malah menumpuk…tanpa sengaja seorang teman lagi cari nomer jitu di internet…
Kok ketemu alamat KH.Fhatulla Harun..Saya coba beli paket 2D ternyata tembus…
dan akhirnya kami pun membeli paket 4D…Bagai di sambar Petir.
Ternyata Angka Ritual Ghoib KH.Fhatulla Harun Ternyata Tembus..
Buktikan aja sendiri saudara…Terima kasih KH.Fhatulla Harun
klik=> RITUAL TOGEL PUTIH
PROMO TERBARU!!
ReplyDelete1. Welcome Bonus New Member 20%
2. BONUS DEPOSIT SETIAP HARI
3. BONUS TURN OVER Up to 0.5%
4. BONUS REFFERAL 10% SEUMUR HIDUP
5. HADIAH JACKPOT PULUHAN JUTAAN RUPIAH
Untuk Info Lebih Lanjut
Silahkan Hubungi Kami Di :
- Live chat (www•kartugadis•com )
- Whatsapp : +855966624192
- BBM : D8C893A4
- Line : gadispoker-cs
SALAM KEMENANGAN DAN HOKI UNTUK PARA MEMBER GADISPOKER