Tuesday, 24 January 2017

The Old Man and The Sea (Book's Review)



“Every Day is a new day. It is better to be lucky. But I would rather be exact. Then when luck comes, you are ready..” Santiago, The Old Man and  The Sea

Novel karya Ernest Hemingway ini ku baca di awal minggu tahun 2017, buku kedua yang ku baca tahun ini.
Secara keseluruhan buku ini tidaklah terlalu membosankan (in my opinion) dan unik. Seperti beberapa buku sebelumnya, yang semuanya memiliki beberapa BAB, novel ini mengagetkanku dengan hanya mengusung satu BAB saja. 

Meski termasuk singkat (102 Halaman) tetapi kandungan cerita didalamnya ternyata tidak serumit yang ku kira.



Novel ini mengisahkan tentang seorang Nelayan tua bernama Santiago yang sudah genap delapan puluh empat hari melaut tanpa bisa membawa pulang satu ikan pun, tiba-tiba pada hari berikutnya berhasil menjerat ikan raksasa dilautan dalam dan membawanya merasakan pengalaman paling sulit dan keras.

Berikut ini review dari  Goodreads:

“It is the story of an old Cuban fisherman and his supreme ordeal: a relentless, agonizing battle with a giant marlin far out in the Gulf Stream. Using the simple, powerful language of a fable, Hemingway takes the timeless themes of courage in the face of defeat and personal triumph won from loss and transforms them into a magnificent twentieth-century classic.”


Sepanjang usaha Santiago dalam  menaklukkan sang Ikan Raksasa itu, dia benar-benar mengerahkan segala kemampuan tubuh yang dimilikinya. Tenaganya dikerahkan seluruhnya sampai batas.

Bahkan dalam 3 hari terombang-ambing di tengah lautan itu, ajaibnya Santiago  berhasil memperoleh kemenangan dalam menghadapi sang ikan raksasa. Tapi yang terjadinya  selanjutnya justru membuat ku berpikir “Ya ampun, aku pernah mendengar cerita yang hampir sama..”


Santiago pergi ke laut seorang diri. Pada malam pertama sampai malam ketiga dia tidak henti-hentinya bertarung melawang kekuasaan alam, alam samudera. Selama itu juga dia sering berteriak pada dirinya sendiri,  kadang seperti terdapat dua orang dalam dirinya, saling sahut menyahut, kadang mengucilkan satu sama lain. Apa hal seperti ini sering kita rasakan juga? 


Membaca buku ini membuat ku membayangkan bagaimana kerasnya samudera itu. Segala macam perubahan cuaca lautan, menetukan arah angin, kerasnya mengendalikan kapal, bertahan agar tetap bernafas dengan sedikit saja makanan dan lain sebagainya.

Kata berikut dikatakan oleh Santiago ketika berada di tengah lautan, dan aku suka:

“He always thought of the sea as 'la mar' which is what people call her in Spanish when they love her. Sometimes those who love her say bad things of her but they are always said as though she were a woman. Some of the younger fishermen, those who used buoys as floats for their lines and had motorboats, bought when the shark livers had brought much money, spoke of her as 'el mar' which is masculine.They spoke of her as a contestant or a place or even an enemy. But the old man always thought of her as feminine and as something that gave or withheld great favours, and if she did wild or wicked things it was because she could not help them. The moon affects her as it does a woman, he thought.”
Saat membacanya aku tertawa.

-

Dalam hidup memang kadang kita dibutakan oleh hal-hal yang menjanjikan kita kebahagiaan. Tapi jarang di antara kita tau dan paham bahwa terdapat hal di dunia ini, dalam hidup kita yang merupakan kebahagiaan sejati dan kebahagiaan sementara. Makan Ice Cream yang manis karena alasan bahwa rasanya manis, enak, dingin, menyatu dalam mulut. Tapi kita tau bahwa hal tersebut hanyalah sementara, ketika parutan es sudah mulai berkurang dan mencair dalam hangatnya mulut, dan setelahnya hilang. Momen bahagia pun habis. Yang tersisa? Tumpukan kalori dan gula dalam tubuh yang makin meningkat. 


Aku pribadi merasa bahwa Santiago terlalu fokus pada materi dan pengakuan. Maksud ku adalah, dari apa  yang Hemingway berusaha ceritakan pada pembacanya, Santiago dikenal sebagai pelaut/nelayan, namun dia juga dikenal sebagai nelayan yang membawa sial. Usahanya sungguh luar biasa ketika mencoba mengambil ikan raksasanya dari dalam laut dan membawanya ke pesisir pantai. 

Tapi, apakah hal ini hanya agar orang-orang menghormatinya nanti? Atau apakah hanya karena dia akan memperoleh uang yang banyak dari hasil tangkapan tersebut? 


Dalam buku ini juga terdapat seorang karakter bernama Manolin, seorang anak yang juga bekerja sebagai Nelayan. Ketika Santiago kembali dari lautan, Manolin lah satu-satunya yang digambarkan menangis. Manolin seperti mewakili diriku sebagai pembaca, aku sedih mengetahui bahwa Santiago harus sebegitu kerasnya terhadap semua ini. Bahkan harus mengorbankan dirinya sendiri. 

Kisah ini sungguh menyimpan pelajaran yang sangat penting. Tidak heran ‘The Old Man and The Sea” memperoleh Pulitzer Award pada  tahun 1953. The Old Man and The Sea termasuk dalam karya sastra paling terkenal di dunia. Novel ini diterbitkan pertama kali tahun 1952.

Sebagai buku pertama Ernest Hemingway yang ku baca, aku terpukau. Ernest Hemingway, yang dikatakan sebagai Bapak Sastra dunia dan peraih Nobel Sastra 1954.   Latar belakang dalam hidupnya yang keras disalurkan ke dalam tulisan-tulisannya. 

“Most people were heartless about turtles because a turtle’s heart will beat for hours after it has been cut up and butchered. But the old man thought, I have such a heart too.” 

FYI, Ernest Hemingway pernah mengalami kecelakaan pesawat di pedalaman Afrika, dan beruntungnya hanya dirinya seorang yang berhasil selamat. Pada tahun 1961 beliau meninggal dunia, dan hingga sekarang 56 tahun setelah kematiannya, karya-karya beliau masih bisa kita baca dan pelajari. Sungguh menginspirasi.
BS

2 comments:

  1. Made my day kak...
    Aku belom pernah baca karya papa hemingway samasekali. Aku pernah baca review doi di journal blog Eka kurniawan.

    Kapan hari aku nonton film the genius. Disana ada sesi kalo papa hemingway emang suka mancing dan realistis bgt kalo ngomong kemudian dia take Pict sama editornya Max Perkins.

    Hehehehe

    Ditunggu review novel selanjutnya kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul banget, kebanyakan novelnya di ambil dari perjalanan hidupnya. Betul, dia suka mancing hahaha.
      Hmm thanks ya, aku jadi pengen nonton juga (:

      Delete