Monday, 2 January 2017

I don't want Heaven




Mungkin alasan mengapa aku suka Troye Sivan adalah karena dia bisa menyajikan lagu yang relevan dengan situasi ku.


“Daddy heart breaks…”
“trying to save face..”
“Truth runs wild like a tear down on a cheek..”


Hard, it is hard to be yourself…
When everybody tryin to squaring you up with their own expectations..




“if I’m losing a piece of me, maybe I don’t want heaven..”


Betul, aku tidak ingin ke surga, demi apapun  juga, aku tidak ingin ke surga..
Mengapa aku harus berusaha ke Surga  jika disana aku tidak akan menjadi  diri ku sendiri?
Bila pun Tuhan memang ada, mengapa dia menciptakan diriku seperti ini? Lucu, dan aku tau bahwa ini semua tidak nyata.

Semua agama yang dekat dengan kehidupan ku tidak setuju dengan hal yang ada dalam diriku, jadi mengapa aku ingin ke surga? Tidak aku tidak mau.


-


Aku, berada di situasi paling buruk..

Aku sudah lama berpikir tentang ini, tentang segala sesuatu yang terjadi diantara orang-orang, yang seakan dibutakan.. 

Mengapa harus mengikuti satu pemikiran seseorang?

Mengapa aku harus hidup sesuai kehendak dan ekspektasi orang lain?

Aku lahir sebagai Islam, yang dari dulu tidak pernah ku tau mengapa ada agama serumit ini? Mengapa aku harus mengikuti aturan hidup Islam? Jika ternyata itu tidak menjamin kebahagiaan ku? Mengapa?

tapi sekarang tidak ada satu pun agama yang ku ikuti. tidak ada. Hanya filosofi Buddha yang ku suka, karena kejujuran dan kasih sayangnya. 


-


Kemarin aku selesai memakai anting di telinga kiri ku..

Aku sudah lama ingin memakainya dan setelah gajian, aku pergi menindik telinga. Sangat bahagia dan menyenangkan, perasaan ku tidak bisa kusembunyikan, aku menari, bernyanyi dalam kamar memikirkan betapa cantiknya anting ini terpasang di telinga. Aku bahkan tidak tertidur pulas karena pikiran ku tidak berhenti memikirkan hari-hari ku menjadi lebih baik.

Baru pagi ini, Ayah ku melihatnya. Ibu ku sudah tau dan dia terlihat agak kecewa, meski dia tetap tidak berkomentar apa-apa.  Ayah melihat telinga ku dan beberapa saat setelahnya tidak ingin memandang wajahku lagi.

Dia menceramahi ku dari jarak jauh, mengatakan semuanya yang sangat buruk.


“aku malu punya anak seperti mu..” dan sejenisnya.


Dia berjanji  akan meninggalkan kami jika aku  tidak berubah pikiran.
Aku hanya sudah menduga nya dan tersenyum.
sebelum masuk ke kamar dan memandang pantulan bayangan ku di cermin, tidak sadar bulir-bulir air mata sudah mengalir.

Apa orang yang memakai anting kriminal? memalukkan?
apa orang yang memakan anting semuanya pembunuh? pemabuk? negative?


-


Aku disini, mengetik tulisan ini, dalam kamar. Membiarkan air mata mengalir tidak tau kapan akan berhenti.
Dan fakta menyedihkan lainnya adalah jika aku mengalah, jika aku akhirnya harus patuh, maka mimpi ku hancur, yang bahagia mereka – karena ekpektasi mereka tercapai terhadap ku, dan pribadi dan jiwa ku mati.
Ini baru anting, bagaimana jika aku mengatakan bahwa aku tertarik sesama jenis?


-


I’m tired of this place..
I hope people change..
My hopes, they are high, but I must keep them small..


Ibu masuk ke kamar dan memelukku, ikut menangis, dia ingin aku melepas anting ini..
Dan aku mengerti, aku paham. Kalau aku tidak melepas benda ini, Ayah ku atau mereka semua (keluarga ku) akan malu. Meski aku tau hal itulah yang selalu jadi pendapat mereka.

Mereka ingin aku jadi seperti orang lain, mengikuti aturan dan meninggal dalam penyesalan.
Aku benci ini semua dan kuharap masih ada sedikit cahaya tersisa.
BS

No comments:

Post a Comment