Study Abroad?
Hey guys, wish you are having a
wonderful day!
Pernahkah kalian terpikir tentang
bersekolah diluar negeri?
Okay, sepertinya hampir setiap saat
ketika melihat ke wallpaper laptop ku dengan bangunan-bangunan megah khas
eropa, rasanya seperti rasa ingin pergi ke sana semakin kuat..
Menurut data tahun 2015, jumlah
pelajar dari Indonesia yang meneruskan pendidikan (kuliah) di luar negeri
semakin meningkat dari tahun ke tahun.
“Berbeda dengan belasan tahun lalu, saat ini siapa saja bisa mewujudkan impian bersekolah di luar negeri,” ujar Marketing & Public Relations Manager, UniSadhuGuna International Education, Aimee Sukesna, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Okezone, Selasa (24/3/2015).
data ini sepertinya masuk akal deh,
apalagi melihat situasi sekarang yang Beasiswa benar-benar dikampanyekan dengan
giat dan tersedia dimana-mana, baik itu beasiswa dari pemerintah Indonesia
ataupun dari pemerintah negara tujuan.
Huuhh, bisakah?
Pendidikan dengan fasilitas lengkap,
kurikulum standart internasional, lingkungan
baru, budaya baru, pergaulan internasional dan lain-lain. Aku rasa tidak ada
yang akan menolak jika mendapatkan tawaran kuliah di luar negeri. Atau ada yang
benar-benar tidak mau sekolah diluar negeri? Well, jika Ya, pastilah ada alasan tertentu.
Pada faktanya, orang Indonesia yang
pergi ke luar negeri dalam rangka menuntut ilmu bukanlah baru terjadi
tahun-tahun belakangan. Siapa yang tidak kenal Pak B. J. Habibie? Beliau seperti
role-model studi abroad, khususnya ke Jerman. Mohammad Hatta juga sudah ke
Belanda pada tahun 1920-an untuk studi, dan bukan termasuk gelombang pertama,
karena pada saat itu sudah banyak orang Indonesia datang ke Eropa (entah untuk
bekerja, studi atau urusan lain).
Jadi, sebenarnya kuliah diluar
negeri is not a new thang…
Pernah dengar kan PPI? Wihh,
kayaknya organisasi ini paling keren deh. Selain memperkenalkan kebudayaan
Indonesia lewat berbagai kegiatan, tetapi juga sering mengajak adik-adik
(seperti aku) untuk ikut gabung sama
ribuan mahasiswa lain di luar negeri. But, honestly bukan PPI lah atau Habibie
yang menginspirasi ku untuk kuliah di luar negeri.
Sekarang ini aku masih dalam
perkuliahan untuk sarjana, dan kira-kira 2018 sudah bisa kelar dan dapat
ijazah. Setelah itu? I don’t have any idea guys…. Blankk
Selalu pikiran ku kalau menerawang
hal apa yang akan ku lakukan setelah sarjana adalah Kuliah Lagi.
Iya, aku
memang berpikir kerja (kantoran) adalah pilihan terakhir dari semuanya.
Mengapa? karena menurut ku menjadi
seorang pegawai bukan panggilan
jiwaku, sangat membosankan harus bangun pagi-pagi hanya untuk memakai
seragam kantor dan menunggu gajian
setiap bulan, juga hanya untuk menabung untuk traveling di akhir pekan atau
lebih parah – beli kendaraan.
Setiap ditanya mau kerja dimana
setelah lulus, jawabanku “No Idea”.
Menurutku meningkatkan pendidikan dan wawasan, serta tentu Curriculum Vitae
hehehe dengan studi ke luar negeri akan memudahkan mencari pekerjaan atau
‘berbuat sesuatu’.
Memang tidak ada yang bisa menjamin
setelah lulus, kita akan kerja dimana. Eh katanya banyak loh yang lulus dari
luar negeri tapi nganggur, ya mungkin juga ini berkaitan dengan soft-skill. Tapi setidaknya, pengalaman selama beberapa tahun di
negara asing pastilah memberikan dampak positive bagi pribadi kita. Terlebih
cara pandang kita akan dunia menjadi lebih luas. Aku secara pribadi, sangat teratrik untuk tinggal dan
hidup bersama kebudayaan yang tidak ku kenal sebelumnya. Berbaur dengan
masyarakatnya, mempelajari masakannya, mempelajari gaya hidup unik dann
kebiasaan mereka. It’s a whole new experience guys…
Selain itu, negara maju pastilah
memiliki teknologi yang dapat kita pelajar,
entah itu dari segi lingkungan hidup, sosial atau bisnis, dimana bisa
kita terapkan juga ketika balik ke Indonesia. Kalau ingin belajar tentang
kebudayaan Yunani Kuno, mengapa tidak pergi langsung studi di Yunani?
Atau ada yang pengen tinggal di daerah "beresiko"?
seperti di negara yang rawan konflik dan perang?
itu terserah masing-masing, selama bisa di terima di kampusnya. Selalu ada hal positif yang bisa diperoleh
itu terserah masing-masing, selama bisa di terima di kampusnya. Selalu ada hal positif yang bisa diperoleh
Kerja dulu baru lanjut kuliah juga
tidak ada salahnya. Apalagi orang
seperti ku yang masih belum bisa
menghasilkan income yang banyak. Meski
sudah banyak scholarship bertebaran dimana-mana, tapi tetap saja biaya hidup di negara maju
tidaklah sedikit, selain itu biaya sewa tempat tinggal juga harus di hitung
kalau-kalau tidak dapat asrama.
Banyak juga contoh awardeee scholarship, menurut cerita mereka, yang kerja di Indonesia dulu selama beberapa waktu, baru mengambil beasiswa ke luar negeri. Nyatanya ada sebagian kampus yang syaratnya harus punya pengalaman kerja dulu. Pilihannya ada dua.
Banyak juga contoh awardeee scholarship, menurut cerita mereka, yang kerja di Indonesia dulu selama beberapa waktu, baru mengambil beasiswa ke luar negeri. Nyatanya ada sebagian kampus yang syaratnya harus punya pengalaman kerja dulu. Pilihannya ada dua.
Bicara soal persiapan kuliah di luar negeri, Aku sempat buka
Hotcourse.com dan ada artikel tentang pertanyaan-pertanyaan wajib
dijawab sebelum memutuskan kuliah diluar negeri. Pertanyaan ini akan dinilai
oleh pribadi sendiri apakah sudah bisa dan sanggup untuk menapaki pendidikan di
negara lain.
1. Berapa
lama kamu bisa jauh dari rumah?
Like forever..
Tapi serius, aku sudah hidup dan
tinggal bersama orang tua ku 19 tahun lamanya. Dan aku sudah siap untuk keluar
sarang. Rindu atau kangen pasti bakalan
ada, tapi tidak akan separah yang kelihatannya. Bertahun-tahun pun aku sudah
siap untuk tidak bertemu dengan orang
tua ku dan keluarga lain.
2. Kota
atau desa?
Desa bukan pilihan yang buruk
menurutku, selama akses ke tempat-tempat
penting seperti kampus, rumah sakit, toko masih dekat, aku mending di Desa. Desa diluar negeri, apalagi
negara maju, juga rasanya memiliki keunikan tersendiri. Aku lebih tertarik
tinggal di daerah yang penduduknya tidak terlalu banyak. Suasana desa yang
sejuk dan asri selalu jadi dambaan.
Kota selalu jadi daya tarik bagi ku.
Theatre Movie, Festival, Taman
Bermain, Taman Kota, Pusat Kota dimalam hari, semuanya menarik
untuk di rasakan. Tapi entahlah, apakah
di kota akan seramai yang ku kira? Pasti daerah ini lebih banyak
pendatang juga.
3. Maukah
berbagi ruangan?
Apa ya namanya di Jerman kalau
tempat penginapan mahasiswa yang kayak apartment itu? Ada juga asrama khusus
pelajar luar negeri bukan? Aku sebenarnya tidak terlalu suka berbagi
ruangan dengan orang lain, tapi jikalau hal tersebut memang lebih
efisien, maka It’s no big deal lah..
Aku sering mikir apa disana juga ada
kos-kosan ya?
3. Apa
kamu bisa memasak?
Ehm, bisa masak pun hanya makanan tertentu (gak banyak). Mungkin
harus belajar resep masakan lokal ya?
Kebetulan aku juga suka belajar masak, jadi
bisalah.
4. Apa
saya mengejar minat atau karier?
Ini pertanyaan paling susah. Aku
juga belum tau pasti tentang jurusan
yang bisa diambil, sekarang Aku
ngambilnya S1 Sosial Ekonomi Pertanian,
dan S2 pengennya ke literature dan
budaya. Aku minatnya di kesenian atau literature sih. Ekonomi boleh juga,
tapi..
Entahlah. Ini pertanyaan yang masih
perlu ditentukan jawabannya.
5. Apa
pekerjaan yang tersedia?
Oh mungkin ini kayak kerja part-time gitu ya? Sambil kuliah di beberapa negara memang bisa ambil
kerja sampingan buat nambah-nambah uang
jajan dan sebagainya.
Kalo aku sih pengen ngerasain kerja
di daerah lokal situ. Barista? Clerk di
pertokoan ada gak ya? Tapi seandainya ada, aku pengen kerja dibagian restoran. Jadi freelancer di blog dan website juga bisa deh kayaknya.
Lalu, jika benar-benar sudah terjawab
pertanyaan-pertanyaan diatas, apakah lantas sudah langsung siap?
Tidaklah. Bahkan menurut beberapa forum yang aku ikuti, persiapan untuk studi ke luar negeri membutuhkan waktu minimal 1 tahun atau lebih. Tidak heran sih, apalagi dokumen yang perlu disiapkan sangat banyak. Sertifiikat TOEFL? IELTS? Ijazah dalam bahasa inggris? Belum lagi perburuan beasiswa dan mendaftar di kampus tujuan biar dapat LoA. Dari yang kubaca sih, LoA dapatnya berbulan-bulan kemudian (± 6 bulan).
Oh ya, di beberapa negara ada yang persyaratannya harus
bisa nunjukin seritifikat penguasaan bahasa setempat kayak di Korea, atau
Jepang, atau Jerman. Meskipun
tidak menutup kemungkinan ada kelas
berbahasa pengantar English.
Berita baiknya, bebepa negara juga
menawarkan beasiswa untuk belajar bahasa
negara tersebut selama beberapa waktu (biasanya 1 tahun) sebelum masuk dalam perkuliahan. Contohnya beasiswa
dari pemerintah China (beneran gak ya?)
dan Rusia.
Tapi guys, bayangin gak? Setelah
urusan dokumen kelar dan LoA udah di tangan? Terus tembus Fullbright? Atau
LPDP?
Aku pernah ikut seminar LPDP di kota
ku, dan dapat banyak masukan dari
pemenang beasiswa LPDP. Kebanyakan ambil Master’s Degree. Dan menurut
mereka ya, persiapan untuk studi di negara asing itu bahkan lebih baik
dilakukan sejak dini (masih kuliah di S1 atau SMA). Mulai sekarang lebih banyak
beri waktu belajar bahasa asing negara tujuan, ikut organisasi masyaarakat atau
kampus, ikut penelitian, publish journal ilmiah dan sebagainya. Pokoknya kita
harus siapkan persyaratannya mulai
sekarang jika berniat sekolah di luar negeri.
Prosesnya panjang…..Tapi hasilnya, pasti manis.
Aku yakin kalian pernah lihat
buku-buku tentang kisah inspiratif dari
mahasiswa pemenang beasiswa ke luar negeri.
Ada salah satu quotes yang sangat membuat ku bersemangat
setiap kali membacanya.
“There is a Big World out there, overseas…It would be a shame not to experience it..” J. D. Andrews
Aku tidak tau bagaimana pemikiran
ini muncul dalam benakku, tapi Iya, aku akan ikut gabung dengan ribuan
mahasiswa Indonesia lainnya di luar
sana. Mengejar pendidikan dan mengenal lebih dalam budaya-budaya lokal negara
lain. How exciting is that? I need to
having this moment…. uhhh
Sampai disini dulu guys, will be back soon, right
here! Bye-bye
BS
Apakah kalian juga ingin studi ke
luar negeri? Jika Iya, negara mana yang akan kalian tuju?
Sudahkah memulai Proses Studi ke
Luar Negeri kalian?
Adakah tips untuk bisa kuliah di luar negeri?
Adakah tips untuk bisa kuliah di luar negeri?
Terima kasih sudah membaca, tinggalkan komentar
kalian dibawah ya :)
aku juga pernah berfikir kayanya asik kalo lanjut kuliah keluar negeri menambah pengalaman dan waasan sama orang orang baru apalagi orang kayak aku yang kadang mulai jenuh dirumah sendiri dari kecil sampe besar main gak pernah jauh dari rumah .. saya doakan semoga cita citanya tercapai kak :)
ReplyDeleteiya Dinar, aku paham :" aku juga mainnya dikamar terus hehehe.
DeleteMungkin bisa coba traveling? tapi iya, kuliah di luar negeri sekarang bukan cuma mimpi, itu nyata. Tinggal melakukan tindakan yang diperlukan.
Makasih banyak Dinar, komentarnya sangat berarti :)
Hahaha, pemikiran lu sama kayak pemikiran gua dulu. Dan jaman gua dulu, belom ada LPDP, nyari beasiswa tuh lebih ribet daripada sekarang. Tapi ya selama ada usaha, pasti ada jalan kok. Gua udah buktiin sendiri bahwa sekolah ke luar negeri itu bukan hal yg mustahil. Banyak hal yg harus lu korbanin kalo lu mau sekolah ke luar negeri, tapi percaya deh, in the end, semua itu akan berbuah manis =)
ReplyDeleteBtw gua pernah nulis postingan soal ini, semoga bisa menginspirasi lu :
http://www.emotionalflutter.com/2014/07/cara-mendapatkan-beasiswa-ke-luar-negeri.html
terimakasih infonya!!!
ReplyDeleteIzin numpang lapak untuk menaruh informasi ya. Bagi kalian yang membutuhkan belajar IELTS namun terkendala biaya, jangan hawatir Future School of English memberi 100% beasiswa belajar IELTS selama 30 bulan senilai 45jt dan memberi anda jaminan mendapatkan score 7.5 dan beasiswa 100% di luar negri.
Pembelajaran dimulai awal Juli 2018 dan seat terbatas. 100% GRATISS lhoo!!!
info beasiswa 0813 1663 4102