Tuesday 11 October 2016

Something Has Frustrated Me Recently




Hai, what’s up you guys?

Today I ‘m going to talk about something that has been frustrating me  (not so much though) lately.
Sebenarnya bukan frustasi yang terlalu parah, tetapi lebih ke geregetan!
Dari mulai dunia kampus, dunia rumah, dunia maya sampai dunia fiksi belakangan seperti mendesak ku dalam gelembung comfort zone.

Sejak sadar akan tujuan ku hidup di planet ini, aku sering merasa bersalah bila hanya duduk diam terpaku tanpa berbuat sesuatu demi goal-goals ku. Misalnya ketika tanpa sadar melipat kedua kaki sambil menatap layar TV, atau berbaring selama beberapa menit dengan tatapan pada layar smartphone. Hal-hal semacam itu seperti kesenangan sesaat, namun melelahkan, dan berakibat pada bertambahnya kadar frustrasi ku.



Dunia Kampus



Minggu yang lalu kami baru selesai Midterm Exam, namun sisa – sisa tugas dari perkuliahan sebelumnya yang menumpuk masih mengejar ku kemana saja raga ku berada; seperti dalam WC.

Ada juga satu mata kuliah yang belum exam, namanya Manajemen Keuangan, dengan segala macam ke-tidakpahaman ku terhadap materi yang di berikan, kadang membuat ku berpikir kalau “seandainya aku punya sayap.. terbang.. terbang lah aku” maksudnya, kenapa posisi duduk ini yang sudah hadap-hadapan dengan dosen masih belum cukup untuk memahami maksud dari mata kuliah ini (how dumb am I?).

Sedangkan beberapa mata kuliah yang sudah kelar Mid-exam, dengan dosen-dosennya yang masih semangat, melanjutkan pendistribusian tugas-tugas bulanan dan harian kepada kami pejuang-pejuang kelas tanpa melihat kadar oksigen dalam otak (ngawur lu bim!).

Tugas paper, presentasi, belum lagi tugas yang harus hitung-menghitung – which makes me gone crazy. Alasan mengapa aku tidak sering tepat waktu mengerjakan tugas juga mungkin karena procrastination,  dan merasa ingin lebih nyaman dalam ‘zona aman’ ku sambil mengharapkan aksi cepat dan tanggap pada waktu-waktu kritis –padahal itu malah menambah beban.

Tapi memang beginilah kuliah, semester Satu dan Dua juga sama (meski tingkat kesulitannya semakin naik), banyak dan semakin banyak lagi ilmu terserap, kadang bisa bikin sensitive (masa sih?).

Aku senang bisa mempunyai catatan kecil dimana aku selalu menulis tiap tugas yang diberikan dosen, dengan tinta hitam dan tinta merah sebagai pengingat deadline, lalu sensasi yang ku dapat ketika tanda centang ku goreskan di tiap tugas yang berhasil ku selesaikan, itu rasanya melegakan dan menyenangkan.

Aku belakangan juga ikut dalam organisasi mahasiswa jurusan (Himaju) yang baru dalam pembentukan keanggotaan baru,  yang berarti belum banyak dan belum ada yang aku kerjakan, hanya sampai pada menghadiri rapat dan pulang. Mungkin dalam waktu dekat ketika organisasi ini sudah memiliki keanggotan yang tersusun rapih, kesibukan akan bertambah, dan jam atau waktu berada di sekitar kampus juga mungkin akan semakin banyak (I can’t imagine it)

Beruntung bagiku punya beberapa sahabat yang bisa diajak ngobrol apa saja (hallo kak Lian, Haloo Piajoya, Haloo Novi, Hallo Kathleen) saat dikampus, mereka bagaikan udara sejuk didalam ruangan kelas yang apek dan panas.

Aku rasa teman-teman terdekat ku juga patut di apresiasi setiap saat, jadi aku sudah mulai menuliskan tanggal kelahiran mereka satu  per satu,  agar nanti ucapan dan mungkin hadiah kecil dariku saat mereka ber-hari jadi tidak ku abaikan.



Dunia Maya


Aku sudah tidak menggunakan Facebook untuk menyampaikan pada orang-orang apa yang sedang ku kerjakan setiap harinya, atau bagaimana perasaan ku hari ini, tetapi aku menggunakan facebook hanya untuk kepentingan komunitas Blogger (Blogger Energy) yang salah satu syaratnya harus punya akun FB. Keluar dari cengkraman toxic-Facebook memang menyegarkan, sama rasanya ketika uninstall BBM dan Line. Namun aku sekarang terdampar di social-media lain;Instagram & Twitter.

Di perkirakan setiap hari aku bisa menghabiskan waktu 1-2 jam (atau lebih) scrolling down di Instagram, melakukan pekerjaan harian seperti; memberikan ‘love’ pada postingan teman, memberikan komentar ‘how cute you are’ pada akun yang memberikan update tentang kucing-kucing lucu, atau melihat wajah-wajah pemain Make It Right The Series pada beberapa akun fandom.

Ini melelahkan, to be honest! Tapi bagaimana bisa aku berhenti? Masih ku cari jawabannya.


Aku bisa dibilang pergi ke Twitter hanya untuk melihat #Trending topic, atau melihat beberapa tweet sebelum keluar. Tidak banyak menyita waktu, lebih simple, kecuali belakangan ini,  dimana aku sering mondar-mandir ke kotak ‘mention’ untuk melihat apakah ada pemberitahuan dari team Blogger Energy soal keanggotaan ku (ini sedikit menguras energy).

Lalu,  karena aku juga sedang menunggu balasan beberapa orang dari email, kadang apa  yang pertama kali kupikirkan setiap bangun adalah EMAIL!

Tapi memang mengecek email adalah hal penting, terlebih ketika sudah memiliki Blog, kalau-kalau ada yang meninggalkan komentar kan bisa langsung tau – meski sampai  sekarang belum ada yang komentar :’)


Dan mungkin selanjutnya ini adalah hasil dari ketidak-warasan ku, atau pengaruh puberty juga,  yang bisa membuat ku berjam-jam duduk atau berbaring mengetikan kata-kata pada orang-orang yang ada dalam aplikasi bernama  Grindr. Sebelumnya, aku perkenalkan dulu apa itu  Grindr.



Grindr adalah aplikasi jejaring geososial yang di tujukan untuk pria Gay, Bisexual dan Bi-curious.”



Aku tak pernah terlalu serius menanggapi ide untuk mencoba menggunakan dating-apps, sampai pada dua hari yang lalu, aplikasi ini sudah ter-install dalam smartphone ku. 

Tujuan utama ku berganti-ganti : mencari teman, kemudian mencari teman untuk berbicara tentang buku, kemudian berganti lagi mencari seorang narasumber untuk artikel Blog, lalu berganti mencari seorang pacar, dan terakhir mendengar kisah mereka dan berharap menjadi kan salah satunya sahabat.

Namun, orang-orang yang chatting denganku, cukup menggelikan. Ada yang langsung menanyai apa posisiku (Top or Bottom?), lalu ada yang ajak  ketemuan, ada yang mewawancarai ku –namun tidak ku gubris, ada yang mengajak ku xxxxx dan mungkin masih bayak lagi cerita unik dari aplikasi ini (baru dua hari pake loh).

Memakai aplikasi ini seperti turun ke suatu ruangan dimana orang – orang memakai topeng – kecuali aku yang terbuka, namun memiliki tujuan, dan berusaha dengan hati-hati mencari info dari tiap sasaran. Cara kerjanya sama seperti apa yang di katakan seseorang di chat: “basically, you just chatting, send pictures to each other, meet up, become a partner or be in relationship or just one night stand”

Aku tidak terlalu berharap dengan aplikasi ini, semenjak orang-orang yang sejauh ini ku ajak ngobrol tidak paham kalau ada beberapa cowok seperti ku di dunia ini yang cukup aneh; aku tidak tertarik pada mereka yang dipenuhi libido.

Hasilnya, tidak ada makna berarti dari aplikasi ini, dan menambah frustrasi kadang-kadang (ROTFL).

Update: I quit from Grindr, no longer using this ridiculous apps. 

Dunia Fiksi


Nah ini dia yang sekarang juga seperti terus mengikuti kemanapun aku pergi dan berkata dalam benak seperti suara hantu:
“Bim, cerpen kamu belum satu pun selesai, dan deadline nya sudah dekat”.
 
Meski tulisan “Beyond procrastination is your Dreams” yang ku tempel di dinding kamar sangat jelas terlihat, namun alam bawah sadarku nampaknya enggan menghiraukannya. Buktinya sudah sebulan ini aku belum menyelesaikan satu short – story pun dari target lima (5) sebelum akhir November.

Kadang ketika di kelas, pikiran ku melayang mencari dunia imaginer lain yang mungkin bisa jadi pelabuhan cerita ku,  menjadi ladang ide  baru. Tapi sampai di depan laptop, aku tidak sanggup mengetik beberapa kata sekalipun di layar putih nya.

Apa aku salah dalam menentukan  Goals? Apa jadwal ku kurang tajam?

Mengambil cara-cara dari para pakar memang menarik, tapi aku sadar bahwa pada  akhirnya diri ku sendirilah yang menentukan ‘apa akan jalan maju? atau diam ditempat’.

Cerpen yang sedang ku kerjakan belakangan sudah hampir selesai (honestly,  I don’t know when because it could bring me to another long abstract-new journey). Setidaknya semangat dan ide-ide dalam otaku masih hangat dan bisa diandalakan belakangan ini. Tapi waktu semakin sedikit, dan ketegangan sering melanda ku.

Am I going to make it?


-


Hal – hal diatas tadi secara mental memang membuat ku agak kewalahan, tapi aku sangat bangga dengan diri ku sendiri, atas respon ku yang bisa dibilang cukup positive.

My subconscious mind leads me to a positive state of mind. Hari kadang sangat menyesakkan,  tetapi aku tidak lagi mengeluh melainkan menggantungkan senyuman dibibir, atau menertawakan kekonyolan diri sendiri.
BS


Aku sangat ingin mengetahui tanggapan kalian tentang bagaimana cara kalian menghadapi beberapa tugas yang membuat Frustrasi. Apa yang kalian lakukan? Apa respon kalian?
Tinggalkan komentar di bawah ya (: Thanks for reading.



No comments:

Post a Comment