Saturday 6 August 2016

Take Back Your Life



 
Sejak kecil aku hidup dengan orang tua dan keluarga yang memiliki kepribadian unik. Beberapa ada yang sangat humoris, ada yang berjiwa pemimpin, ada yang santai, ada yang ingin diperhatikan etc.
Tapi semuanya memiliki satu kesamaan bila datang pada urusan pekerjaan rumah,yaitu Pesuruh. Adalah seperti kewajiban mutlak bagi seorang anak untuk melakukan apapun itu yang di perintahkan oleh keluarga atau orang yang lebih tua.
Tidak masuk akal?
Apa kah itu wajar? Ah Bim kamu saja yang malas disuruh.

Oke, jika beberapa anak menganggap hidup nya disitu-situ saja, tidak ada perubahan, maka sudah saatnya dipertanyakan dimana dan bagaimana saja waktu yang mereka manfaatkan? Apa mereka pergi membaca buku di saat luang? Apa mereka memiliki jadwal latihan harian untuk di tepati? Atau apa mereka hanya melakukan segala pekerjaan rumah yang diperintahkan sepanjang hari?
Bukankah mengerikan ketika waktu mu di ambil, begitu pun energy mu, dan bila tidak mematuhi, maka kau akan dikatakan tidak setia, tidak baik, tidak terdidik, dan bahkan tidak mencintai orang itu? Bisa dibilang di EKSPLOITASI atas nama Loyalty dan Love.

-

Saat ini aku masih tinggal bersama kedua orang tua. Dan ditambah keluarga besar ku yang tinggal bersebelahan rumah.Dulu, setiap harinya yang aku ingat aku akan bangun, belum sempat sarapan akan di suguhi dengan hal-hal yang tiba-tiba harus aku kerjakan demi ORANG TUA. Kemudian biasanya aku akan mulai menampilkan muka masam, diam, dan mulai bersumpah serapah dalam hati.
Namun itu beberapa tahun lalu. Ketika aku masih sepenuhnya berada di bawah aturan dan kekuasaan orang tua dan keluarga ku.

Apa yang ku ketahui sekarang adalah waktu yang ku habiskan mengerjakan semua pekerjaan dan tanggung jawab tak terkendali tersebut sangat banyak dan sungguh menjerumuskan ku ke lingkaran ‘tidak kemana-mana’.

Ketika Ibu memasak, dan aku berada di sekitar rumah, maka itu  merupakan sebuah tanda “Hey, aku disini, aku siap disuruh, aku siap di perintah” dan hal itu akan berlangsung sepanjang hari, dia akan mulai menyuruh ku melakukan semua hal yang dirasanya penting, memastikan bahwa aku tidak duduk diam saja, memastikan aku tidak punya waktu untuk menikmati hari.

Dan yang parah, adalah tidak hanya Ibu, tetapi seluruh keluarga. Apa yang terjadi ketika aku menolak?
Sudah bisa ditebak pasti, mereka akan mulai mengeluarkan kata-kata sakti peninggalan  jaman koloni Belanda, berlagak bahwa mereka benar-benar adalah penjajah sejati. Kemudian anggota keluarga lain akan berpikiran yang sama, mereka akan men-Cap ku sebagai PEMALAS, TIDAK BERGUNA.

Yang pada faktanya, mereka hanya kehilangan kepercayaan diri sendiri, Iya, mereka bingung dengan diri sendiri. Mereka memiliki anak-anak, lalu apa yang akan diberikan anak pada mereka? Tentu dengan melayani mereka dong? Iya mungkin seperti itu anggapan mereka.

Karena sudah terlalu banyak waktu yang ku buang percuma, aku mulai sadar, aku harus keluar dari lingkaran ‘tidak kemana-mana’ tersebut. I gotta stand up for myself!


Contoh lain adalah ketika aku sedang mendapatkan ide, dan so much excited about it, aku akan segera mengerjakannnya, namun semua butuh waktu seperti yang semua orang tau, dan kadang beberapa orang akan masuk ke kamar ku, meminta waktu sejenak, menyampaikan keinginan mereka, kemudian aku akan merasa bersalah jika aku tidak memberikan sesuatu pada mereka, dan pada akhirnya pekerjaan ku, ide-ide ku buyar dan BLOCKED.
http://www.tutoringwithatwist.ca/Blog/wp-content/uploads/2015/11/no.jpg

Dari blog ini aku juga membaca seberapa buruknya INTERUPTION. Pekerjaan yang terganggu, membutuhkan waktu lebih lama untuk diselesaikan, dan persentasi kesalahan yang akan terjadi mencapai 50% ketika terganggu. 

Nyatanya otak kita butuh beberapa saat untuk kembali fokus (kurang lebih 23 menit untuk kembali ke tugas/pekerjaan awal, ditambah 30 menit untuk kembali pada fokus) , dimana kita bisa berkosentrasi sepenuhnya pada pekerjaan/tugas tanpa terganggu. Ketika kita berada dalam situasi tersebut, kita bisa menikmati productive flow, selama kita tidak terganggu.

Ketika kita menggangu seseorang yang sedang fokus mengerjakan sesuatu, perlu diketahui bahwa itu sama saja dengan menghancurkan pekerjaan mereka. Meski kadang aku akan kembali setelah disuruh, tetapi sulit untuk fokus pada apa yang ku kerjakan, bahkan pikiran-pikiran tidak nyaman akan muncul bersamaan, dan kebanyakan aku akan menyudahi nya dan berjanji akan meneruskannya besok, atau tidak akan melanjutkannya sama sekali.

Sekarang, aku sudah cukup memiliki banyak waktu untuk diri ku sendiri, aku bisa fokus pada goals dan target-target ku. dan ini bukan hal yang banyak orang akaan bilang SELFISH, tetapi ini adalah tindakan bertanggung jawab atas diri ku sendiri. Aku tidak ingin di control orang lain.

Mungkin kebanyakan orang akan berpikir seperti itu, bahwa aku egois etc. well, apalagi kalau itu adalah anggota kelaurga mu, kalaupun aku hidup untuk disuruh-suruh, jika itu tujuan hidup ku aku tidak akan keberatan sih, tapi sayangnya tujuan hidupku lebih dari itu, dan HANYA aku yang bisa memutuskan kemana arah hidup ku.


Kau mungkin juga pernah berkata TIDAK pada perintah-perintah itu, tapi karena hal tersebut bukan merupakan tempat yang menyenangkan dan apalagi bukan merupakan hal yang familiar bagi mu, maka kau melangkah mundur dan membiarkan orang –orang mengendalikan kehidupan mu.

Apa yang kulakukan beberapa bulan belakangan ini selain memastikan tidak ada lagi gangguan, juga membuatku lebih percaya diri, lebih fokus dan perlahan hidup ku terasa lebih baik. Berkat membaca beberapa kisah orang lain tentang hal yang sama disini, aku mendapat kepercayaan diri, bahwa aku bukan satu-satunya, dan dari Blog itu juga banyak pelajaran yang bisa ku dapatkan.

Namun aku tidak lantas mengajak perdebatan atau mengabaikan perkataan mereka dan pergi. No way. Apa ku lakukan adalah dengan pendekatan yang lebih halus.

Pertama, sebelum tidur, aku akan menyusun To-Do list ku untuk keesokan hari. sehingga hal pertama yang ku pikirkan setelah bangun adalah memerika To-Do list dan mulai mengerjakan apa yang harus ku kerjakan, dan tentunya itu adalah pekerjaaan dirumah. Mulai dari mencuci piring, menyapu halaman, membersihkan kamar, mencuci pakaian kotor, menanak nasi etc. dengan To-Do list, aku bisa lebih fokus dan bahkan tidak perlu di perintahkan oleh orang lain, aku memerintahkan diri ku sendiri, dan itu akan terasa lebih baik. Semua pekerjaan rumah yang merupakan ‘bagian’ ku, ku tulis dan di selesaikan tanpa ada gangguan, sehingga orang tua ku tidak bisa tiba-tiba merampas waktu dan energy ku.

Kedua,aku akan membuat komitmen dengan orang tua ku. Ketika tiba waktu ku untuk menyendiri dan mengerjakan tugas pribadiku, maupun bekerja pada target-target ku, aku akan sudah menyelesaikan semua bagian ku. Dan memberitahu kepada orang tua ku, bahwa aku sedang mengerjakan sesuatu dan memohon untuk tidak di ganggu.
Aku akan berkata “Bagian ku sudah selesai, sekarang aku harus bekerja pada tugas ku, dan tolong beri aku waktu sendiri, jika ada keperluan yang sangat mendesak maka boleh memanggilku. Mama pasti paham akan hal ini, terima kasih.”

Ketiga, menegaskan prioritas masing-masing. Ketika orang-orang secara tiba-tiba melanjutkan menyuruh ku ketika aku sudah mengerjakan bagian ku, aku akan berkata
“Maaf, tapi hanya itu waktu yang ku punya untuk bersantai, aku yakin kalian mengerti”

Keempat, menaruh batasan. Hal ini sering ku lakukan ketika ingin fokus pada tugas, yaitu dengan mengunci diri dalam kamar, atau pergi ke tempat dimana orang-oran tidak bisa melihat ku, atau memasang earphone. Bisa juga dengan mematikan ponsel atau log-out social media. Dengan begitu aku membatasi jangkuan mereka pada ku. aku membangun semacam barrier agar tetap aman.

Kelima, Just Say No. Namun yang ku bilang bukan dengan membentak ya. Itu tidak memberi apa-apa, bahkan menambah masalah lebih berkepanjangan. Tetapi dengan berkata Tidak secara sopan dan layak kepada orang tua. Dengan begitu mereka juga akan enggan bersikap berlebihan dan menyadari diri mereka sendiri. Aku mengatakan tidak secara langsung ketika sebuah komitmen sudah kubuat tapi tiba-tiba di minta sesuatu yang tidak masuk akal atau bisa mereka lakukan sendiri.

Keenam, memanfaatkan perintah mereka. Artinya ketika mereka menyuruh melakukan sesuatu, pikirlah apakah hal tersebut memiliki dampak baik dan apa mereka juga rela melakukan hal sebaliknya untuk mu? Jangan biarkan mereka mengambil waktu, energy bahkan emosi mu. Tanya mereka apa mereka bisa melakukan apa yang kita minta juga? Jika tidak maka berikan mereka pertanyaan
“apa Mama tidak merasa bahwa ini tidaklah adil? Tidakkah mama merasa aku hanya dimanfaatkan?”

Ketujuh, menanyakan sikap mereka. Ini juga merupakan favorit ku ketika harus berhgadapn dengna orang tua ku dalam hal menghindari perintah mereka. Aku akan berkata
“Jika ini yang mama mau, jika ini yangmama harapkan dari ku, maka baiklah, biarlah impian ku terkiubur jauh, dan mama mendapatkan apa yang mama mau, bukankah mama selalu mendukung ku?”

-

Bertahan dengan kehidupan dibawah orang lain sangat tidak sehat, aku tidak akan mendapat apa-apa. Begitu pun mereka. Mungkin ini terdengar kasar, tapi memang seperti itulah. Menaruh diri ku sebagai yang kedua tidak membantu siapapun. Dan mereka akan terus berada kekekalan bergantung pada orang lain, sedangkan aku akan gagal dalam menggapai mimpi-mimpi ku.

Sekali lagi, aku harus berkata jujur bahwa dengan merelakan waktu dan energi kita untuk orang lain secara terus menerus sungguh tidak membawa ku kemaana-mana. Aku tidak ingin hidup seperti hari kemarin. Aku tidak ingin orang lain mengambil hidupku secara permanen. Sudah cukup waktu ku terbuang percuma. Aku akan mengambil hidup ku kembali!
BS


No comments:

Post a Comment