Sejak kecil aku hidup dengan orang tua dan keluarga yang
memiliki kepribadian unik. Beberapa ada yang sangat humoris, ada yang berjiwa
pemimpin, ada yang santai, ada yang ingin diperhatikan etc.
Tapi semuanya memiliki satu kesamaan bila datang pada urusan
pekerjaan rumah,yaitu Pesuruh. Adalah seperti kewajiban mutlak bagi seorang
anak untuk melakukan apapun itu yang di perintahkan oleh keluarga atau orang
yang lebih tua.
Tidak masuk akal?
Oke, jika beberapa anak menganggap hidup nya disitu-situ
saja, tidak ada perubahan, maka sudah saatnya dipertanyakan dimana dan
bagaimana saja waktu yang mereka manfaatkan? Apa mereka pergi membaca buku di
saat luang? Apa mereka memiliki jadwal latihan harian untuk di tepati? Atau apa
mereka hanya melakukan segala pekerjaan rumah yang diperintahkan sepanjang
hari?
Bukankah mengerikan ketika waktu mu di ambil, begitu pun energy
mu, dan bila tidak mematuhi, maka kau akan dikatakan tidak setia, tidak baik,
tidak terdidik, dan bahkan tidak mencintai orang itu? Bisa dibilang di
EKSPLOITASI atas nama Loyalty dan Love.
-
Saat ini aku masih tinggal bersama kedua orang tua. Dan ditambah
keluarga besar ku yang tinggal bersebelahan rumah.Dulu, setiap harinya yang aku ingat aku akan bangun, belum sempat sarapan akan di suguhi dengan hal-hal yang
tiba-tiba harus aku kerjakan demi ORANG TUA. Kemudian biasanya aku akan mulai
menampilkan muka masam, diam, dan mulai bersumpah serapah dalam hati.
Namun itu beberapa tahun lalu. Ketika aku masih sepenuhnya
berada di bawah aturan dan kekuasaan orang tua dan keluarga ku.
Apa yang ku ketahui sekarang adalah waktu yang ku habiskan
mengerjakan semua pekerjaan dan tanggung jawab tak terkendali tersebut sangat
banyak dan sungguh menjerumuskan ku ke lingkaran ‘tidak kemana-mana’.
Ketika Ibu memasak, dan aku berada di sekitar rumah, maka
itu merupakan sebuah tanda “Hey,
aku disini, aku siap disuruh, aku siap di perintah” dan hal itu akan
berlangsung sepanjang hari, dia akan mulai menyuruh ku melakukan semua hal yang
dirasanya penting, memastikan bahwa aku tidak duduk diam saja, memastikan aku
tidak punya waktu untuk menikmati hari.
Dan yang parah, adalah tidak hanya Ibu, tetapi seluruh
keluarga. Apa yang terjadi ketika aku menolak?
Sudah bisa ditebak pasti, mereka akan mulai mengeluarkan
kata-kata sakti peninggalan jaman koloni
Belanda, berlagak bahwa mereka benar-benar adalah penjajah sejati. Kemudian anggota
keluarga lain akan berpikiran yang sama, mereka akan men-Cap ku sebagai
PEMALAS, TIDAK BERGUNA.
Yang pada faktanya, mereka hanya kehilangan kepercayaan diri
sendiri, Iya, mereka bingung dengan diri sendiri. Mereka memiliki anak-anak,
lalu apa yang akan diberikan anak pada mereka? Tentu dengan melayani mereka
dong? Iya mungkin seperti itu anggapan mereka.
Karena sudah terlalu banyak waktu yang ku buang percuma, aku
mulai sadar, aku harus keluar dari lingkaran ‘tidak kemana-mana’ tersebut. I
gotta stand up for myself!
Contoh lain adalah ketika aku sedang mendapatkan ide, dan so
much excited about it, aku akan segera mengerjakannnya, namun semua butuh waktu
seperti yang semua orang tau, dan kadang beberapa orang akan masuk ke kamar ku,
meminta waktu sejenak, menyampaikan keinginan mereka, kemudian aku akan merasa
bersalah jika aku tidak memberikan sesuatu pada mereka, dan pada akhirnya
pekerjaan ku, ide-ide ku buyar dan BLOCKED.
http://www.tutoringwithatwist.ca/Blog/wp-content/uploads/2015/11/no.jpg |
Dari blog ini aku juga membaca seberapa buruknya
INTERUPTION. Pekerjaan yang terganggu, membutuhkan waktu lebih lama untuk
diselesaikan, dan persentasi kesalahan yang akan terjadi mencapai 50% ketika
terganggu.
Nyatanya otak kita
butuh beberapa saat untuk kembali fokus (kurang lebih 23 menit untuk
kembali ke tugas/pekerjaan awal, ditambah 30 menit untuk kembali pada fokus) , dimana kita bisa berkosentrasi sepenuhnya
pada pekerjaan/tugas tanpa terganggu. Ketika kita berada dalam situasi
tersebut, kita bisa menikmati productive flow, selama kita tidak terganggu.
Ketika kita menggangu seseorang yang sedang fokus
mengerjakan sesuatu, perlu diketahui bahwa itu sama saja dengan menghancurkan
pekerjaan mereka. Meski kadang aku akan kembali setelah disuruh, tetapi sulit
untuk fokus pada apa yang ku kerjakan, bahkan pikiran-pikiran tidak nyaman akan
muncul bersamaan, dan kebanyakan aku akan menyudahi nya dan berjanji akan
meneruskannya besok, atau tidak akan melanjutkannya sama sekali.
Sekarang, aku sudah cukup memiliki banyak waktu untuk diri
ku sendiri, aku bisa fokus pada goals dan target-target ku. dan ini bukan hal
yang banyak orang akaan bilang SELFISH, tetapi ini adalah tindakan bertanggung
jawab atas diri ku sendiri. Aku tidak ingin di control orang lain.
Mungkin kebanyakan orang akan berpikir seperti itu, bahwa
aku egois etc. well, apalagi kalau itu adalah anggota kelaurga mu, kalaupun aku
hidup untuk disuruh-suruh, jika itu tujuan hidup ku aku tidak akan keberatan
sih, tapi sayangnya tujuan hidupku lebih dari itu, dan HANYA aku yang bisa
memutuskan kemana arah hidup ku.
Kau mungkin juga pernah berkata TIDAK pada perintah-perintah
itu, tapi karena hal tersebut bukan merupakan tempat yang menyenangkan dan
apalagi bukan merupakan hal yang familiar bagi mu, maka kau melangkah mundur
dan membiarkan orang –orang mengendalikan kehidupan mu.
Apa yang kulakukan beberapa bulan belakangan ini selain
memastikan tidak ada lagi gangguan, juga membuatku lebih percaya diri, lebih fokus
dan perlahan hidup ku terasa lebih baik. Berkat membaca beberapa kisah orang
lain tentang hal yang sama disini, aku mendapat kepercayaan diri, bahwa aku
bukan satu-satunya, dan dari Blog itu juga banyak pelajaran yang bisa ku
dapatkan.
Namun aku tidak lantas mengajak perdebatan atau mengabaikan
perkataan mereka dan pergi. No way. Apa ku lakukan adalah dengan pendekatan
yang lebih halus.
Pertama, sebelum
tidur, aku akan menyusun To-Do list ku untuk keesokan hari. sehingga hal
pertama yang ku pikirkan setelah bangun adalah memerika To-Do list dan mulai
mengerjakan apa yang harus ku kerjakan, dan tentunya itu adalah pekerjaaan
dirumah. Mulai dari mencuci piring, menyapu halaman, membersihkan kamar,
mencuci pakaian kotor, menanak nasi etc. dengan To-Do list, aku bisa lebih
fokus dan bahkan tidak perlu di perintahkan oleh orang lain, aku memerintahkan
diri ku sendiri, dan itu akan terasa lebih baik. Semua pekerjaan rumah yang
merupakan ‘bagian’ ku, ku tulis dan di selesaikan tanpa ada gangguan, sehingga
orang tua ku tidak bisa tiba-tiba merampas waktu dan energy ku.
Kedua,aku akan
membuat komitmen dengan orang tua ku. Ketika tiba waktu ku untuk menyendiri dan
mengerjakan tugas pribadiku, maupun bekerja pada target-target ku, aku akan
sudah menyelesaikan semua bagian ku. Dan memberitahu kepada orang tua ku, bahwa
aku sedang mengerjakan sesuatu dan memohon untuk tidak di ganggu.
Aku akan berkata “Bagian
ku sudah selesai, sekarang aku harus bekerja pada tugas ku, dan tolong beri aku
waktu sendiri, jika ada keperluan yang sangat mendesak maka boleh memanggilku.
Mama pasti paham akan hal ini, terima kasih.”
Ketiga, menegaskan
prioritas masing-masing. Ketika orang-orang secara tiba-tiba melanjutkan
menyuruh ku ketika aku sudah mengerjakan bagian ku, aku akan berkata
“Maaf, tapi hanya itu
waktu yang ku punya untuk bersantai, aku yakin kalian mengerti”
Keempat, menaruh
batasan. Hal ini sering ku lakukan ketika ingin fokus pada tugas, yaitu dengan
mengunci diri dalam kamar, atau pergi ke tempat dimana orang-oran tidak bisa
melihat ku, atau memasang earphone. Bisa juga dengan mematikan ponsel atau
log-out social media. Dengan begitu aku membatasi jangkuan mereka pada ku. aku
membangun semacam barrier agar tetap
aman.
Kelima, Just Say No. Namun yang ku bilang bukan
dengan membentak ya. Itu tidak memberi apa-apa, bahkan menambah masalah lebih
berkepanjangan. Tetapi dengan berkata Tidak secara sopan dan layak kepada orang
tua. Dengan begitu mereka juga akan enggan bersikap berlebihan dan menyadari
diri mereka sendiri. Aku mengatakan tidak secara langsung ketika sebuah
komitmen sudah kubuat tapi tiba-tiba di minta sesuatu yang tidak masuk akal
atau bisa mereka lakukan sendiri.
Keenam,
memanfaatkan perintah mereka. Artinya ketika mereka menyuruh melakukan sesuatu,
pikirlah apakah hal tersebut memiliki dampak baik dan apa mereka juga rela
melakukan hal sebaliknya untuk mu? Jangan biarkan mereka mengambil waktu, energy
bahkan emosi mu. Tanya mereka apa mereka bisa melakukan apa yang kita minta
juga? Jika tidak maka berikan mereka pertanyaan
“apa Mama tidak merasa
bahwa ini tidaklah adil? Tidakkah mama merasa aku hanya dimanfaatkan?”
Ketujuh,
menanyakan sikap mereka. Ini juga merupakan favorit ku ketika harus berhgadapn
dengna orang tua ku dalam hal menghindari perintah mereka. Aku akan berkata
“Jika ini yang mama
mau, jika ini yangmama harapkan dari ku, maka baiklah, biarlah impian ku
terkiubur jauh, dan mama mendapatkan apa yang mama mau, bukankah mama selalu
mendukung ku?”
-
Bertahan dengan kehidupan dibawah orang lain sangat tidak
sehat, aku tidak akan mendapat apa-apa. Begitu pun mereka. Mungkin ini
terdengar kasar, tapi memang seperti itulah. Menaruh diri ku sebagai yang kedua
tidak membantu siapapun. Dan mereka akan terus berada kekekalan bergantung pada
orang lain, sedangkan aku akan gagal dalam menggapai mimpi-mimpi ku.
Sekali lagi, aku harus berkata jujur bahwa dengan merelakan
waktu dan energi kita untuk orang lain secara terus menerus sungguh tidak
membawa ku kemaana-mana. Aku tidak ingin hidup seperti hari kemarin. Aku tidak
ingin orang lain mengambil hidupku secara permanen. Sudah cukup waktu ku
terbuang percuma. Aku akan mengambil hidup ku kembali!
BS
No comments:
Post a Comment